Mohon tunggu...
Annisa Dinar
Annisa Dinar Mohon Tunggu... lainnya -

Cewek , pemimpi , dan gemar membaca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelangi di Tengah Bintang (02)

17 April 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebuah ketukan menyadarkanku dan kulihat Wiwid masuk dan tersenyum padaku . Matanya tampak sembab dan kutahu dia menahan tangis untukku . Tapi aku bahkan belum menangis untuk semua ini . Aku hanya merasakan tusukan kecil di dadaku tiap detik . Tapi itu tak membuatku menangis . Belum .

Hai , aku datang jam 10 tadi , langsung beli buku , terus kesini!” .

Iya , Mey udah bilang!” . Wiwid duduk disampingku .

Seto suka sekali ma foto itu!” , ujarnya sambil menunjuk foto yang sudah ku kembalikan ke jendela tadi .

Kalau dia suka ma sesuatu dia selalu meletakkannya di jendela , katanya biar bisa dia lihat pas bangun!” .

Entah kenapa dia selalu bangun dengan posisi menghadap jendela!” , Wiwid tersenyum .

Mereka udah datang?” , tanyaku saat mendengar suara tangis orang-orang karena pintu kamar ini yang terbuka . Wiwid mengangguk dan air matanya sudah tidak bisa ditahannya lagi .

Kalau gitu ayo kedepan!” , ucapku . Kami bergandengan tangan kedepan , dan mendapati Bunda yang sudah menangis ditemani Andra , Anggra , Alaya , Andira . Aku menghampiri mereka dan duduk disebelah Anggra .

Hai , kamu pasti Anggra!” , ucapku pada gadis yang terlihat masih SMA ini .

Kamu persis seperti yang digambarkan kakakmu!Cantik!” , sapaku .

Kakak juga!Cantik , seperti yang Kak Seto selalu bilang , tiap kali cerita tentang kakak!” , balasnya sambil tersenyum . Aku merasakan tusukan di dadaku terasa semakin keras . Membuatku susah tersenyum balik untuk Anggra . Anggra menggenggam tanganku dan kami pun lalu khusyuk membacakan surat Yasin untuk Seto . Acara berjalan terlalu cepat untukku . Aku seakan melihat kelebatan peristiwa saat Bunda dan adik-adik melihat wajah Seto untuk terakhir kalinya sebelum dia dibungkus kain kafan . Tangisan sahabat-sahabatnya juga hampir tak terdengar , karena aku sibuk menahan rasa sakit di dadaku yang semakin kencang ini . Lalu tiba-tiba saja aku sudah berada di samping kubur dan melihatnya diturunkan . Yang kuingat hanya Mey menyentuh lenganku sebelum semuanya gelap .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun