Mohon tunggu...
Annisa Daniswara Parahita
Annisa Daniswara Parahita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa Dan Sastra Indonesia

Mahasiswa aktif yang ingin menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ragam Bahasa Verbal Dalam Fenomena Bahasa Jaksel

30 Maret 2022   04:53 Diperbarui: 30 Maret 2022   05:28 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Fenomena bahasa gaul menjadi trend di kalangan remaja pada era milenial ini atau bahasa tersebut biasa disebut Bahasa Jaksel (sebuah bahasa percakapan yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris). Seperti yang dapat diperhatikan dari salah satu Channel Youtube yang memperlihatkan gambaran percakapan melalui telepon dan ini digambarkan dalam judul "Jago Bahasa Gaul, Kalau Bahasa Indonesia?"

Percakapan bahasa gaul ini merupakan contoh bahasa ucapan atau verbal. Bahasa ucapan adalah bahasa yang diucapkan atau diujarkan dalam bentuk kalimat secara lisan maupun tulisan (Pranowo, 2019:3). Bentuk bahasa ucapan ini diperhatikan berdasar aspek kebahasaan pada kalimat dan makna ujaran atau teks wacana. Misalnya teks wacana multimodal. Wacana multimodal merupakan sebuah kajian wacana yang digunakan untuk menganalisis bahasa dengan karya lain misalnya gambar, simbol ilmiah, tanda, gerakan, musik, dan suara. (O'Halloram, 2011:121).

Wacana multimodal dapat diperlihatkan dari segi objek yang berbeda. Seperti pada analisis bahasa ucapan atau verbal. Multimodal memperhatikan teks wacana sebagai awal masuk sebuah teks melalui gambar atau video dengan menggunakan bahasa dan penglihatan, ucapan dan metode tulis serta tidak dapat dipisahkan dari penggunaan media lain seperti gambar visual dan grafik visual.

Remaja-remaja yang biasa menggunakan penuturan bahasa gaul ini mengemukakan pendapatnya jika bahasa tersebut dapat mempermudah berinteraksi satu sama lain. Namun, para remaja tersebut tidak bisa menggunakan bahasa gaul ini kepada orang yang lebih tua seperti kakek atau nenek dan anak-anak dibawah umur. Dikarenakan masih memiliki kekurangan dalam penuturan kata seperti kurangnya sopan santun ketika berbicara dengan orang yang lebih tua serta ketidakpahaman makna dan maksud berdasarkan percakapan secara bahasa. Dan tentunya ini bisa mengancam keberadaan bahasa Indonesia pada seseorang yang tidak biasa mengujarkan bahasa gaul tersebut.

Pembuktian penuturan ujaran bahasa gaul ini, bisa dilihat dari kata berbahasa Inggris seperti and, chill, healing, toxic, out of nowhere, lately dan overthinking. Seperti yang ditulis pada tuturan berikut ini :

"kayaknya gue butuh healing deh. Gue pengen liburan ke out of nowhere and chill gitu. Toxic banget gak sih kalo kerja terus apalagi banyak kerjaan gitu lately. Dah gitu bikin gue overthinking." (0:08-0:18).

Apabila diperhatikan dari aspek kebahasaan, pengujaran bahasa dalam percakapan secara verbal tersebut menggunakan ragam bahasa yang berbeda yakni bahasa Indonesia sehari-hari (bahasa informal) serta bahasa Inggris sebagai pelengkap ujaran. Hal tersebut dapat dilihat dari kata healing dalam bahasa Inggris memiliki arti sebagai pemulihan. Akan tetapi, dalam penuturan tersebut healing bisa diartikan sebagai pemulihan diri dari segala aktivitas sehari-hari. Kata out of nowhere dalam bahasa Inggris memiliki arti entah darimana. Namun, berdasarkan pada bahasa gaul tersebut out of nowhere bisa diartikan sebagai tempat. Kata and dalam bahasa Inggris memiliki arti dan, kata chill dalam bahasa Inggris memiliki arti bersantai, kata toxic dalam bahasa Inggris memiliki arti racun. Akan tetapi, maksud dalam bahasa gaul yang diucapkan oleh lawan tutur melalui suara telepon itu merujuk pada kata sifat "lelah". Kata lately dalam bahasa Inggris memiliki arti belakangan ini serta kata overthinking dalam bahasa Inggris memiliki arti sedang banyak pikiran.

Keberadaan fenomena bahasa gaul ini memiliki pengaruh besar terhadap pemakaian bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa asing masih tetap diperbolehkan. Akan tetapi ketika ingin berbicara atau menuturkan suatu kalimat atau kata, cukup gunakan satu bahasa agar mempermudah diskusi dengan individu lain sehingga mereka mampu memahami apa yang diujarkan atau dituturkan.

Sumber :

CNN Indonesia, "Jago Bahasa Gaul, Kalau Bahasa Indonesia?"

O’Halloran, K.L. (2012). Multimodal Studies: Routledge Studies In Multimodality. New York: Routledge.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun