Dalam kajian stilistika, aliterasi, asonansi, dan rima merupakan bagian penting dari analisis gaya bahasa yang menekankan aspek bunyi. Stilistika sebagai ilmu yang mempelajari gaya dalam bahasa dan sastra, tidak hanya mengamati makna leksikal suatu kata, tetapi juga memperhatikan bagaimana bunyi kata dapat membangun efek estetis dan emosional. Melalui aliterasi, penyair menggunakan pengulangan konsonan untuk menegaskan ritme dan kekuatan ungkapan, asonansi dengan pengulangan vokal menghadirkan nuansa musikal yang memperhalus suasana, sedangkan rima menjadi sarana untuk menyusun pola bunyi yang teratur dan indah. Dengan demikian, ketiga unsur tersebut dalam stilistika menunjukkan bahwa pemilihan dan pengaturan bunyi bukanlah sesuatu yang kebetulan, melainkan strategi estetik yang sadar dilakukan penulis untuk memperkuat pesan dan daya tarik karyanya.
Aliterasi (alliteration)
1. Definisi: Pengulangan bunyi konsonan yang sama pada awal kata atau suku kata dalam klausa/frasa/kalimat.
2. Ciri: biasanya berlokasi pada permulaan kata fokus pada konsonan (/b/, /s/, /k/).
3. Fungsi: memberi ritme, penekanan, musikalitas, atau memusatkan perhatian pada satu tema/konsep.
4. Contoh kata / frasa : Budi membawa buku besar. Pengulangan bunyi /b/: Budi bawa buku besar.
5. Analisis singkat: Dalam "Budi membawa buku besar", aliterasi /b/ membuat frasa terasa ritmis dan "padat", menonjolkan kata-kata yang bermula huruf B.
Asonansi (assonance)
1. Definisi: Pengulangan bunyi vokal yang sama dalam kata-kata berdekatan, tanpa memperhatikan konsonan.
2. Ciri: fokus pada vokal (/a/, /i/, /u/), bisa berada di awal, tengah, atau akhir suku kata. Tidak harus di awal kata seperti aliterasi.
3. Fungsi: menciptakan suasana musikal, atau menonjolkan mood tertentu (lembut, tajam tergantung vokal).