Mohon tunggu...
Annis KurniyatiRizqi
Annis KurniyatiRizqi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Seorang guru yang selalu ingin belajar dan dapat menyampaikan manfaat ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tren Klasik Lato-lato Mengulik

11 Januari 2023   14:38 Diperbarui: 11 Januari 2023   14:46 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini, bumi Nusantara ramai dengan suara khas "tek-tek-tek. . ." bukan merupakan tanda penjual mi ayam lewat. Sebagian besar wilayah Indonesia sedang mengalami 'demam lato-lato' katanya. Semarang, Magelang, Pekalongan, Pemalang bahkan Cirebon sampai Jakarta tidak sepi dengan alunan mainan khas masa lampau yang kini telah dipopulerkan kembali.

Permainan bersahaja yang tidak menguras banyak biaya untuk mendapatkannya. Kondangnya mainan ini disambut hangat bukan hanya dari kalangan bocah kecil saja, beberapa orang dewasa turut memeriahkannya. Dampak positif dari masyhurnya permainan satu ini mendapat sambutan baik dari beberapa orang tua yang kerap kali mengkhawatirkan generasi z kali ini yang lebih akrab dengan permainan teknologi dari gawai yang setiap kepala tentu saja memiliki.

Lato-lato meramaikan hari meskipun ada pula yang berpendapat bahwa terlalu berisik sebab setiap waktu terngiang suara-suara lato-lato ini. Sambutan baik lato-lato membawa hikmah dengan beberapa analogi. Jika kita melihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda tentu kita akan mendapatkan pelajaran dari permainan satu ini. Lato-lato mengajarkan kita untuk tidak mudah dibentur-benturkan sebagai salah satu senjata untuk bertahan hidup pada abad 4.o saat ini.

Berdasarkan kaca mata seorang pendidik, tentu kita memiliki tugas untuk mengawasi, menemani serta mengarahkan tumbuh kembang peserta didik kita dalam mencerna dan menyaring informasi. Bagaimana mengajarkan peserta didik untuk kritis dalam mengolah informasi serta belajar untuk berpikir lebih kreatif lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun