Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa materi krusial yang perlu diajarkan dalam bimbingan pra-nikah:
Hakikat Pernikahan
Pernikahan bukan sekadar hidup bersama, tetapi tentang komitmen seumur hidup, dalam suka maupun duka. Pasangan harus memahami bahwa menikah adalah ikatan kudus yang resmi dan diakui oleh hukum serta masyarakat.Peran dan Tanggung Jawab Suami-Istri
Pernikahan adalah kemitraan. Suami bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga pelindung dan penyayang bagi istri. Istri bukan hanya patuh kepada suami, tetapi juga menjadi partner dalam membangun keluarga yang sehat dan harmonis.-
Mempersiapkan Mental Sebelum Memiliki Anak
Memiliki anak adalah tanggung jawab besar. Pasangan harus memiliki komunikasi terbuka tentang kesiapan mereka, baik secara fisik, mental, maupun finansial. Edukasi ini penting agar calon orang tua sadar bahwa membesarkan anak bukan perkara main-main. Pengelolaan Finansial
Tak dapat dipungkiri, Â masalah keuangan sering menjadi pemicu konflik rumah tangga. Oleh karena itu, calon pasangan harus memahami cara mengelola keuangan, mulai dari budgeting hingga investasi, agar terhindar dari masalah ekonomi di kemudian hari.Kesehatan Reproduksi
Banyak pasangan yang masih minim pengetahuan soal kesehatan reproduksi. Bimbingan pra-nikah harus memberikan edukasi mengenai perawatan organ reproduksi serta pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum memiliki anak.Pola Pengasuhan Anak
Cara mendidik anak sangat berpengaruh terhadap masa depan mereka. Pasangan perlu dibekali dengan ilmu tentang pola asuh yang tepat, mulai dari kehamilan hingga tumbuh kembang anak.Memelihara Hubungan Sosial
Pernikahan bukan hanya menyatukan dua individu, tetapi juga dua keluarga besar. Penting bagi pasangan untuk memahami cara menjaga hubungan baik dengan mertua, ipar, dan anggota keluarga lainnya agar tercipta keharmonisan.
Bimbingan Pra-Nikah Harus Tepat Sasaran
Saya percaya, jika pemerintah mewajibkan bimbingan pra-nikah bagi pasangan yang ingin menikah, angka pernikahan dini dan perceraian dapat ditekan. Namun, program ini harus diorganisir dengan baik---bukan sekadar formalitas atau syarat administratif belaka.
Kurikulum bimbingan pra-nikah harus dirancang oleh orang-orang yang kompeten, dengan metode yang interaktif dan aplikatif. Jika hanya dijadikan ajang bisnis atau birokrasi yang sarat kepentingan, maka program ini hanya akan menjadi sekadar stempel tanpa manfaat nyata.