Mohon tunggu...
Anna Dytia Ndari
Anna Dytia Ndari Mohon Tunggu... sebagai mahasiswa

Hobi saya kuliner dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Identitas Budaya Melalui Tradisi Marhaban Bayi di Srimulyo

16 Juni 2025   14:43 Diperbarui: 16 Juni 2025   14:51 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tradisi tasyukuran marhaban bayi di Desa Srimulyo, Kecamatan Tungkal Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, hingga kini masih dijaga oleh masyarakat setempat sebagai ungkapan syukur atas kelahiran seorang anak. Kegiatan ini biasanya dilakukan ketika bayi berusia antara 7 hingga 40 hari dan dihadiri oleh keluarga besar,tokoh masyarakat, serta warga sekitar. Acara diawali dengan pembacaan sholawat Nabi yang dipimpin oleh kelompok bapak-bapak majelis, diikuti prosesi pemotongan rambut bayi secara simbolis oleh tokoh tua desa.

Dalam prosesi tersebut, ayah dari bayi menggendong anaknya, sementara beberapa warga lainnya membawa bendera kecil yang dihiasi uang dan permen, kemudian ditancapkan pada batang pisang atau buah kelapa. Bendera tersebut selanjutnya dibagikan kepada anak-anak sebagai simbol berkah dan kebahagiaan. Keunikan ini menjadi ciri khas tradisi marhaban bayi di Srimulyo yang diwariskan secara turun-temurun.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini menunjukkan semangat gotong royong yang masih terjaga. Warga saling bahu-membahu menyiapkan kebutuhan acara, mulai dari memasak hingga penataan tempat. Tradisi ini bukan hanya sebagai ritual keagamaan atau budaya, melainkan juga wadah untuk memperkuat ikatan sosial dan menumbuhkan nilai kekeluargaan serta kepedulian antarsesama.

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya lokal, tradisi marhaban bayi juga mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, tercermin dari pelaksanaan doa dan syukuran. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, terlihat dalam kasih sayang terhadap bayi. Adapun sila ketiga, Persatuan Indonesia, serta sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, tampak dalam semangat kebersamaan dan sikap saling berbagi. Melalui kegiatan ini, masyarakat Srimulyo menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat menjadi kekuatan moral dan sosial dalam kehidupan berbangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun