Mohon tunggu...
Herlianiz
Herlianiz Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penggemar berat Dan Brown yang juga menyenangi Jostein Gaarder dan Linda Christanty serta terobsesi pada pahlawan super Iron Man.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Kartu Pos dari Surga

19 Oktober 2013   09:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:20 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kartu Pos dari Surga

Oleh: Herlia Annisa (77)

Arumi melamun lagi. Tatapannya kosong menatap ke luar jendela. Matanya berkaca-kaca dan wajahnya nampak murung. Akhir-akhir ini Arumi memang sering terlihat bersedih. Ibu yang sejak tadi memperhatikannya jadi ikut bersedih melihat gadis mungilnya itu.

"Arumi sayang, kamu kenapa, nak?" ucap ibu sambil membelai rambut Arumi.

"Gak apa-apa, bu." jawab Arumi.

"Ibu perhatikan akhir-akhir ini Arumi sering melamun. Ayo cerita sama ibu. siapa tau ibu bisa bantu." bujuk ibu lembut.

"Arumi gak kenapa-kenapa, bu. Arumi cuma kangen sama ayah." Arumi terisak sambil memeluk ibu.

Ayah Arumi adalah seorang pilot. Ia meninggal dua tahun yang lalu karena pesawatnya mengalami kecelakaan. Arumi yang waktu itu baru berumur lima tahun tidak mengerti apa-apa. Yang ia ingat hanyalah ibu yang menangis terus-menerus. Dan sejak saat itu ayah tidak ada lagi di antara mereka.

Arumi masih ingat. Setiap kali ayah pulang bekerja, ia selalu membawa oleh-oleh yang banyak. Ada mainan dan juga makanan. Ada juga boneka-boneka yang cantik dan berwarna-warni. Tetapi yang paling Arumi sukai adalah kartu pos dari berbagai negara yang pernah dikunjungi ayah. Ada yang bergambar menara dari negara Perancis. Arumi lupa apa nama menaranya. Ada juga yang bergambar istana atau pemandangan alam juga binatang-binatang khas dari negara-negara tersebut. Arumi sangat suka melihatnya. Gambarnya bagus-bagus dan sangat indah.

"Ibu, kapan Arumi bisa bertemu ayah lagi?" tanya Arumi.

"Sabar ya, nak. Ayah sekarang ada di surga. Kelak kita semua akan berkumpul kembali di sana." ibu memeluk Arumi semakin erat. Air matanya mengalir deras. Ibu juga sebenarnya merindukan ayah. Namun ia tidak pernah menunjukkan kesedihannya di depan Arumi. Ibu tidak ingin Arumi melihat Ibu menangis, karena itu akan membuat Arumi jadi ikut bersedih.

Besoknya Arumi masih saja murung dan bersedih. Ibu berusaha menghiburnya. Menemani Arumi nonton dan bermain. Ibu juga memasak makanan yang disukai oleh Arumi, namun Arumi tetap saja murung. Tampaknya rasa rindu Arumi terhadap ayah telah begitu tak tertahankan. Ibu jadi bingung bagaimana caranya membuat Arumi tersenyum lagi.

"Arumi, makan dulu sayang." bujuk ibu.

Arumi menggeleng lemah. "Arumi belum lapar,bu." tolaknya.

"Kalau gak makan nanti Arumi sakit loh, gak bisa lagi main sama Cika dan Mia. Arumi gak pengen sakit kan?"

Arumi menggeleng lagi. "Sini, ibu suapin ya?" ibu mengasongkan satu sendok penuh nasi. Arumi membuka mulutnya dan perlahan mengunyah semua makanan yang disuapkan oleh ibu.

"Anak pintar. Jangan murung lagi ya." pinta ibu. Arumi mengangguk mengiyakan.

Malamnya, ibu duduk di depan meja tulis di kamarnya. Di hadapan ibu terdapat satu lembar kartu pos yang sangat indah gambarnya. Ada gunung-gunung yang biru dan sungai yang mengalir tenang. Di pinggir sungainya tergambar sebuah istana yang megah berkilauan.

Ibu menulisi kartu pos itu dengan tinta berwarna emas. Setelah selesai ibu kemudian menyelinap ke dalam kamar Arumi lalu menyelipkan kartu pos itu di bawah bantal yang tengah ditiduri oleh Arumi. Sebelum ke luar tak lupa ibu mencium kening Arumi dan mematikan lampu kamarnya.

Esoknya pagi-pagi sekali, Arumi mengetuk-ngetuk kamar ibu. Ibu yang baru saja bangun langsung membuka pintu.

"Ada apa Arumi?" tanya ibu.

Arumi menghambur ke pelukan ibu. Tangannya menggenggam selembar kartu pos.

"Arumi dapat kartu pos dari surga, bu. Ayah mengirimnya tadi malam." ucap Arumi riang.

"Oh ya? Mana sini ibu pengen lihat." ibu pura-pura terkejut.

Arumi memberikan kartu pos di tangannya kepada ibu.

"Bagus sekali ya kartu posnya. Sudah Arumi baca belum pesan ayah?" tanya ibu sambil membolak-balik kartu pos di tangannya.

"Sudah, bu." jawab Arumi.

"Terus, apa kata ayah?" Ibu bertanya lagi.

"Ayah bilang Arumi jangan bersedih lagi karena ayah sudah bahagia di surga. Arumi juga harus rajin belajar agar jadi anak yang pintar."

"Hmm, begitu ya. Ayah cuma bilang itu saja?"

"Ayah juga bilang kalau Arumi harus selalu menjaga ibu dan menjadi anak yang baik."

"Terus?"

"Terus kata ayah, ayah sayaang banget sama Arumi." Arumi tersenyum bahagia.

"Nah, sekarang ibu mau tanya. Arumi sayang gak sama ayah?"

"Sayang banget, bu."

"Kalau sayang berarti Arumi harus apa?" tanya ibu sambil mengelus-elus kepala Arumi.

"Harus nurut sama apa yang dibilang sama ayah."

"Nah itu ngerti." ucap ibu sambil mencubit pipi Arumi gemas. Arumi tersenyum senang, begitu pula dengan ibu. Mereka lalu tertawa bersama sambil berpelukan.

"Bu, tadi malam Arumi mimpi bertemu ayah. Sebelum pergi ayah mencium kening Arumi. Arumi senang sekali.”

"Ibu juga senang melihat Arumi sekarang bisa tertawa lagi. Arumi jadi makin cantik." canda ibu.

Arumi tersipu malu dipuji oleh ibu.

“Bu, apakah surga itu seindah yang ada di kartu pos ini?” tanya Arumi sambil menatap ibu.

“Gak sayang, surga jauh lebih indah dari itu.” jawab ibu.

“Kalau begitu, pasti ayah sangat bahagia ya sekarang?”

“Tentu saja. Makanya Arumi gak usah murung lagi ya.”

“Apakah kita akan bertemu ayah lagi?” Arumi nampaknya masih belum puas bertanya.

“Pasti, sayang. Arumi jalankan saja semua pesan ayah. Kelak kita pasti akan berkumpul lagi sama ayah.” ibu kembali memeluk tubuh Arumi.

“Sekarang, Arumi mandi dulu sana. Terus bantu ibu membuat sarapan ya.” ucap ibu.

“Siaapp.” jawab Arumi riang.

Arumi melangkah ke luar kamar ibu. Sebelum mencapai pintu Arumi membalik badannya menghadap ibu.

“Arumi sayang sama ibu.” ucapnya.

“Ibu juga sayang Arumi.” jawab ibu dengan mata yang berkaca-kaca karena bahagia.

***

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Festival Fiksi Anak


Silakan bergabung di FB Fiksiana Community

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun