Mohon tunggu...
Anjas Prasetiyo
Anjas Prasetiyo Mohon Tunggu...

Belajar dari Anda Semua

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jatuh Cinta pada Fukuoka

15 Januari 2016   20:29 Diperbarui: 15 Januari 2016   22:31 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dazaifu, sisi kuno Fukuoka yang tetap terpelihara

Ketika modernitas telah menyusup ke sudut-sudut kota, sisi tradisional Fukuoka tak lantas ditinggalkan begitu saja. Mari kita tengok kawasan Dazaifu yang terletak 15 km tenggara kota Fukuoka. Didirikan pada akhir abad ke 7 sebagai pusat pemerintahan seluruh Kyushu selama lebih dari setengah milenia, Dazaifu masih mempertahankan pesona masa lalu. Bangunan-bangunan kuno yang dijadikan toko makanan tradisional dan kerajinan tangan khas Fukuoka, serta restoran berderet rapi di kanan-kiri jalan utama. Di titik lain, masih kokoh berdiri beberapa kuil dengan taman-taman khas Jepang berprinsip ajaran Zen.

Cara paling asyik menjelajahinya adalah dengan berjalan kaki. Selain karena tentunya menyehatkan, berjalan kaki mendorong wisatawan untuk bisa menangkap hal-hal unik secara detail di sepanjang perjalanan di kawasan Dazaifu. Aneka macam kerajinan tangan, mulai dari kipas, kain rajutan, hingga tas tangan bermotif khas Jepang mengundang untuk didatangi. Banyak pula kudapan unik yang bisa dicoba, seperti es krim ume boshi (buah Plum) yang pernah saya icipi. Lazimnya, buah Plum digunakan sebagai acar pada makanan Jepang. Tetapi, kali ini dijadikan es krim. Rasanya asam, tetapi sungguh menyegarkan mulut.

Kuil Dazaifu Tenmangu merupakan jantung kawasan Dazaifu. Hal ini tidak terpisahkan dari keberadaan Sugawara Michizane yang hidup di kawasan itu pada abad 8. Sebagai pejabat yang cerdas, ia pernah menempati posisi Menteri Perang dan Menteri Urusan Rakyat di Jaman Kyoto. Akibat konspirasi dari lawan politiknya, ia dijatuhkan dan kemudian diasingkan ke Dazaifu hingga meninggal dunia. Karena kecerdasan dan karakter positifnya, ia lantas diangkat menjadi Dewa Ilmu Pengetahuan dengan sebuah kuil yang dibangun di atas pusaranya. Setiap kali menjelang ujian sekolah,  kuil ini dipadati oleh ribuan pelajar yang berdoa untuk meminta kesuksesan dan karir masa depan yang cemerlang.

Area Kuil Dazaifu Tenmangu lebih merupakan sebuah taman yang menyajikan unsur alam. Unsur air diwakili oleh kolam Shinji yang dibuat mengikuti bentuk hati. Di atasnya, dibangun sebuah jembatan berwarna merah yang dinamakan Taiko. Jembatan ini tersusun atas tiga bagian. Bagian pertama yang melengkung menyimbolkan masa lalu, bagian tengah yang rata melambangkan masa kini, serta bagian lengkung kedua yang merepresentasikan masa depan. Desain ini merefleksikan prinsip Budisme bahwa satu pikiran harus difokuskan pada setiap kesempatan waktu yang diberikan. Saat melintasi jembatan Taiko ini, wisatawan sangat dianjurkan untuk tenang dan khidmat.

Unsur tetumbuhan diwakili dengan pohon kamper dan pohon Plum yang tumbuh subur di area kuil. Keberadaan pohon Plum dengan jumlah sekitar 6000 batang dengan 197 varietas berbeda dirasa sangat istimewa. Konon, sebuah pohon Plum yang dinamai Tabiume yang tumbuh di sebelah kanan Honden (bagian utama kuil), mengikuti Michizane dari Kyoto untuk ikut diasingkan di Dazaifu. Benar tidaknya cerita ini tentu sangat sulit divalidasi. Yang jelas, keindahan bunga Plum saat mekar selalu dinantikan oleh para pengunjung, seperti kecintaan Michizane pada bunga ini yang dituangkan dalam sebuah Waka, puisi khas Jepang.

Menyesap keindahan alam Dazaifu dapat dilakukan di tepi kolam hanashoubu (bunga Lili air). Mekar dalam spektrum warna putih, merah jambu, biru hingga ungu, bunga ini mampu menggairahkan jiwa. Untuk mendapatkannya, wisatawan hanya perlu duduk tenang mengamati bunga ini. Bagi anak sekolah yang berkunjung ke Dazaifu, hanashoubu merupakan sebuah inspirasi keindahan. Hal ini terlihat dari aktivitas melukis di tepi kolam yang mereka lakukan untuk mengabadikan kecantikan hanashoubu.

Melihat Jepang dalam Perspektif Asia di Museum Nasional Kyushu

Museum Nasional Kyushu patut dijadikan destinasi berikutnya saat wisatawan berada di kawasan Dazaifu. Bangunan modern berdinding panel-panel kaca dan beratap logam berwarna biru ini tampak kontras dengan sekelilingnya yang menghijau. Arsitekturnya sendiri mirip seperti ikan pari. Begitu melewati pintu masuk, wisatawan akan dibawa ke ruang utama museum melalui sebuah terowongan berpendar cahaya. Cahaya merah, kuning, biru, dan hijau tampil bergantian menimbulkan kesan futuristik. Konsep yang dihadirkan oleh Museum Nasional Kyushu adalah formasi kebudayaan Jepang dari perspektif sejarah Asia. Jepang diceritakan sebagai sebuah bangsa yang mengalami pengaruh budaya dari bangsa-bangsa Asia lainnya, terutama Cina dan Korea.

Ikuti Present Campaign HIS Winter Tour Blogging Competition
Ikuti Present Campaign HIS Winter Tour Blogging Competition

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun