Dia mengatakan bahwa pendaftaran Starlink merupakan pendekatan "seluruh pemerintahan" dan bahwa Kementerian TI telah berkonsultasi dengan Badan Kejahatan Dunia Maya, badan keamanan, PTA dan Dewan Regulasi Aktivitas Luar Angkasa Pakistan.
Menurut geopoilitico, beberapa sumber mengklaim bahwa pemerintah China telah mengangkat masalah tersebut dengan pemerintah federal dan badan keamanan Pakistan. Kekhawatiran pun muncul di Beijing tentang Islamabad yang mengambil langkah-langkah nekat untuk memperbaiki hubungan dengan Washington di bawah pemerintahan Trump yang baru. Yang lebih penting lagi, China frustrasi dengan kesediaan lembaga militer Pakistan untuk mengizinkan masuknya Starlink ke negara tersebut, yang dapat membahayakan kepentingan ekonomi dan teknologi Beijing di Pakistan.
Laporan menunjukkan bahwa perusahaan China Shanghai Spacecom Satellite Technology Ltd. telah menunjukkan minatnya untuk memperluas layanan yang mirip dengan Starlink di Pakistan. Namun, Islamabad telah memilih penyedia internet satelit yang berbasis di AS daripada perusahaan perangkat lunak swasta China. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa Pakistan dapat semakin melemahkan kepentingan China dalam beberapa bulan mendatang.
Meskipun demikian, para ahli mengklaim beberapa tantangan menghalangi integrasi Starlink di Pakistan. Salah satu rintangan utama dalam konteks ini adalah harga. Berdasarkan harga global, biaya bulanan awal untuk paket perumahan dasar akan mulai sekitar PKR 35.000 (AS$125), dengan biaya perangkat keras tambahan sebesar PKR 110.000. Mengingat biaya bulanan rata-rata di Pakistan adalah sekitar PKR 3.000-4.000, teknologi tersebut kemungkinan akan dibatasi untuk individu kelas atas berpenghasilan tinggi.
Aspek penting lainnya adalah, menurut geopolitico, gangguan kompetitif yang dapat diperkenalkan Starlink ke industri Penyedia Layanan Internet (ISP) lokal Pakistan. Dengan menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah, Starlink berpotensi untuk menantang para pelaku pasar yang ada, mendorong mereka untuk meningkatkan kualitas layanan, menurunkan biaya dan memperluas jangkauan agar tetap kompetitif. Perombakan pasar ini dapat memacu inovasi dan investasi di sektor tersebut, tetapi juga dapat menekan ISP yang lebih kecil yang masih berjuang untuk beradaptasi dengan dinamika yang berubah.
Selain itu, ada kekhawatiran yang berkembang di Pakistan bahwa peningkatan ketergantungan pada layanan satelit yang "dikendalikan pihak asing" seperti Starlink dapat menimbulkan kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh pelaku-pelaku yang tidak bertanggung jawab. Penerapan layanan internet berbasis satelit menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan data dan potensi penyalahgunaan, yang dapat menimbulkan risiko keamanan nasional yang signifikan.
Menurut Ookla Speedtest Global Index, Pakistan menempati peringkat ke-97 dari 111 negara dalam kecepatan internet seluler dan ke-139 dari 155 negara dalam kecepatan broadband.
Dalam konteks yang sama, Pakistan telah menjajaki opsi alternatif, seperti inisiatif "Seribu Layar" China , untuk mengakses layanan dengan biaya lebih rendah, tetapi tidak berhasil. Demikian pula, tidak ada kejelasan mengenai cara kerja tahap pertama "Kabel Fiber Optik Pakistan-China" (Pak-China OFC), proyek kabel fiber optik sepanjang 820 kilometer yang menghubungkan Khunjerab Pass di perbatasan China-Pakistan ke Rawalpindi, sebagai bagian dari Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC).
Jalur ini melintasi wilayah Gilgit-Baltistan yang diduduki Pakistan (PoGB), yang mengalami gangguan harian pada layanan internet dan seluler. Pada tahun 2021, Organisasi Komunikasi Khusus (SCO) yang dikelola oleh militer Pakistan berupaya untuk melaksanakan proyek OFC Fase-II Pak-China, yang bernilai sekitar AS$236,97 juta di bawah CPEC, tetapi menghadapi penundaan yang signifikan karena berbagai alasan, termasuk kendala anggaran dan kurangnya respons dari China. Selain itu, Beijing pun merasa frustrasi dengan ketergantungan finansial Islamabad sepenuhnya pada pinjaman China untuk proyek-proyek CPEC, yang telah menghadapi penundaan dan kemungkinan penutupan akibat ketidakmampuan Pakistan.
Di bawah tekanan, Pakistan telah memberikan akses yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada perusahaan-perusahaan China di bidang keamanan dan teknologi perangkat lunak. Tahun lalu, pemerintah Pakistan menggunakan teknologi China untuk membangun "firewall" internet nasional baru yang memungkinkan pemerintah daerah untuk memantau lalu lintas daring dan mengatur penggunaan aplikasi populer dengan kontrol yang lebih besar daripada sebelumnya. Menyusul kebijakan internet China yang tidak transparan dan kejam, Islamabad mencoba untuk meningkatkan kemampuan pemantauan web di gerbang internet utama Pakistan dan di pusat data layanan seluler serta penyedia layanan internet utama. Firewall "China" ini menyebabkan perlambatan internet di seluruh Pakistan selama berbulan-bulan pada tahun 2024. Situasi ini menggambarkan luasnya kontrol informasi yang dilakukan oleh China di Pakistan.