Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pakistan Menghadapi Radikalisme dan Terorisme

28 April 2021   10:12 Diperbarui: 28 April 2021   10:22 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi pasca serangan teroris di Hotel Serena di kota Quetta di Pakistan pada tanggal 21 April. | Sumber: CNN

Mengingat jumlah sekolah agama terbanyak di Pakistan, sekitar 35,000 sekolah mengajarkan ekstremisme, Pakistan telah menjadi tempat bersemainya radikalisme di dunia.

Kemiskinan ekstrim di Pakistan, kamp pengungsi Afghanistan dengan mudah menyediakan ratusan pelaku bom bunuh diri, yang sebagian besar adalah anak muda yang tidak bersalah. Kelompok teror global menganggap Pakistan sebagai lahan subur bagi pelaku bom bunuh diri. Karena radikalisme agama merajalela di Pakistan.

Pada minggu kedua dan ketiga bulan April, sebagian besar kota di Pakistan menyaksikan protes kekerasan, yang diorganisir oleh Tehreek-e-Labaik Pakistan (TLP), sebuah partai ekstremis religius.

Protes dimulai dengan demonstrasi, pemblokiran jalan dan penutupan paksa kantor-kantor pemerintah. Sebagai tanggapan, pemerintah melarang TLP dan menangkap pemimpinnya Saad Rizvi pada tanggal 12 April. Protes berubah menjadi lebih keras di seluruh negeri.

Polisi menembaki pengunjuk rasa TLP di banyak kota. Menurut Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmad, sedikitnya 13 orang, termasuk lima polisi, tewas dalam kerusuhan itu.

Ribuan anggota dan simpatisan kelompok radikal Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) melakukan aksi protes terhadap Prancis baru-baru ini di kota Islamabad di Pakistan. | Sumber: Press Media of India
Ribuan anggota dan simpatisan kelompok radikal Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) melakukan aksi protes terhadap Prancis baru-baru ini di kota Islamabad di Pakistan. | Sumber: Press Media of India
TLP menuntut pengusiran Duta Besar Prancis dari Pakistan sebagai protes terhadap Prancis dalam kasus penistaan agama yang terjadi tahun lalu.

Beberapa radikal akan berubah menjadi teroris mematikan, yang kebanyakan ingin mendirikan Negara Islam di Pakistan, yang sudah menjadi Republik Islam. Baik orang radikal maupun teroris membenci kehadiran minoritas. Teroris tidak segan-segan membunuh minoritas di Pakistan. Mereka membenci pendidikan perempuan dan pemberdayaan perempuan.

Teroris ingin membunuh anak-anak, wanita dan orang tua tanpa ampun. Misalnya, kelompok TTP teror Pakistan, yang memiliki 30,000 anggota, meluncurkan serangan terhadap sebuah sekolah yang dikelola oleh tentara di Peshawar pada tanggal 16 Desember 2014 dan menewaskan 134 anak-anak sekolah. Membunuh anak-anak yang tidak bersalah adalah dosa dan kejahatan yang besar, yang tidak akan dibenarkan oleh agama apa pun untuk alasan apa pun. Banyak orang setuju bahwa teroris bukan dari suatu agama.

Presiden Joko "Jokowi" Widodo baru-baru ini mengatakan bahwa teroris tidak menganut agama apapun. Tetapi teroris ada di semua agama dan mereka menyalahgunakan dan salah menafsirkan agama untuk tindakan kejam mereka.

Dalam upaya memberantas terorisme, radikalisme harus diatasi terlebih dahulu dalam agama kita. Pemerintah, pemuka agama dan masyarakat harus bekerja sama untuk memberantas radikalisme dan terorisme dari kehidupan kita.  Kita semua ingin hidup damai dan harmonis.

Penulis adalah jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun