Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bangladesh Masih Menghadapi Ancaman dari Pakistan Setelah 50 Tahun

8 April 2021   20:55 Diperbarui: 8 April 2021   21:12 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengungsi dari Pakistan Timur di sebuah kamp pengungsi pada tahun 1971 di Pakistan Timur (sekarang Bangladesh). | Sumber: ICRC

Pada tahun 1900-an, menurut Gabbard, umat Hindu merupakan 33 persen dari populasi Bangladesh. Saat ini jumlahnya hanya 8.5 persen. Demikian pula, hal itu terjadi pada semua agama minoritas lainnya.

Anggota Hefazat-e-Islam, sebuah kelompok radikal dari Bangladesh, melakukan aksi protes terhadap kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Bangladesh pada bulan Maret di kota Dhaka. | Sumber: www.bbc.com/Salim Parvez
Anggota Hefazat-e-Islam, sebuah kelompok radikal dari Bangladesh, melakukan aksi protes terhadap kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Bangladesh pada bulan Maret di kota Dhaka. | Sumber: www.bbc.com/Salim Parvez
Contoh lain dari intervensi Pakistan terjadi pada akhir Maret tahun ini ketika Perdana Menteri India Narendra Modi mengunjungi Bangladesh untuk menghadiri perayaan Golden Jubilee negara itu. Protes kekerasan diorganisir oleh kelompok pro-Pakistan Hefazat-e-Islam di beberapa kota yang menentang kunjungan Modi dari tanggal 26 Maret hingga 28 Maret di mana ada 14 orang yang tewas.

Sejak lahir pada tahun 1947, Pakistan telah menjadi masalah bagi banyak negara di Asia Selatan. Pakistan dan militernya telah menciptakan monster teror Taliban pada tahun 1994 di Afghanistan dan mengubah negara itu menjadi neraka buatan manusia. Taliban membunuh ribuan orang Afghanistan selama beberapa tahun ini.

Pakistan, yang berperang dengan India untuk empat kali dan selalu kalah dari mereka, telah memberikan uang, pelatihan dan senjata kepada kelompok teror dan separatis untuk meluncurkan serangan pada India dan wilayah Jammu dan Kashmir.

Pakistan, yang rakyatnya miskin tetapi memiliki senjata nuklir, mendukung kelompok radikal di Bangladesh untuk menimbulkan masalah bagi pemerintah di sana.

Kita harus waspada terhadap radikal agama dan teroris, yang menerima dana, senjata dan materi lainnya dari negara-negara nakal. Kelompok-kelompok ini salah menafsirkan agama dan membunuh orang yang tidak bersalah.

Presiden kita Joko Widodo benar mengatakan baru-baru ini bahwa teroris bukan milik agama apapun. Semua agama mengajarkan kerukunan, toleransi, hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati, bukan kebencian dan kekerasan.

Penulis adalah jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun