Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gencatan Senjata Berakhir di Sahara Barat, Orang Indonesia Menyesalkan Langkah Terbaru Polisario

22 November 2020   06:36 Diperbarui: 22 November 2020   07:35 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duta Besar Maroko Ouadia Benabdellah (kanan) sedang bertemu dengan Presiden Joko Widodo (kiri) dan Menteri Luar negeri Retno LP Marsudi (kedua kiri) di Istana Presiden dalam upacara penyerahan surat kepercayaan kepada Presiden.| Sumber: Kedutaan Besar Maroko di Jakarta

"Pemerintah Indonesia harus meminta kedua pihak untuk menghormati gencatan senjata 1991. Perang tidak baik untuk kita semua. Jika perang pecah di Sahara Barat, sektor pertanian kita akan terpengaruh. Karena kita mengimpor fosfat, bahan utama dalam pupuk, dari Maroko."

Indonesia yang memiliki hubungan baik dengan Maroko dan Aljazair tetap menjaga netralitas dalam masalah Sahara Barat. Namun Indonesia menginginkan masalah tersebut untuk diselesaikan melalui negosiasi damai.

Saat mengomentari tindakan Maroko terhadap Polisario, seorang pemuda Indonesia mengapresiasi upaya Maroko dalam menjaga perdamaian dan mengamankan lalu lintas jalan raya di kawasan Guergarate.

"Maroko adalah negara berdaulat dan Sahara Barat adalah bagian integral dari Maroko. Apa yang dilakukan Maroko dalam menghapus blokade jalan raya adalah langkah yang benar. Maroko juga memberitahu PBB tentang kegiatan ilegal Polisario di zona penyangga," kata Sanjeevini Pertiwi, seorang mahasiswi yang berusia 23 tahun.

Mengapa tindakan Polisario ini mudah dimengerti?

Polisario dan SADR-nya kehilangan cahayanya dan menjadi sasaran kemarahan orang-orang Sahrawi. Menurut pemberitaan terbaru di media internasional, banyak pemuda anggota Polisario yang marah kepada pimpinan Polisario atas kondisi kamp pengungsian yang menyedihkan. Kamp-kamp pengungsi dikontrol dengan ketat dan mereka tidak diizinkan untuk meninggalkan kamp. Sistem satu partai membatasi hak-hak rakyat dan menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan.

"Polisario ingin meningkatkan citra di kalangan kadernya. Itulah mengapa mereka membatalkan gencatan senjata dengan Maroko," kata Sanjeevini.

Beberapa pengungsi yang frustasi bergabung dengan kelompok teroris Negara Islam (IS) dan al-Qaeda. Ada juga laporan tentang orang-orang yang melarikan diri dari cengkeraman Polisario dan membelot ke Maroko.

Masalah Sahara akan berakhir dengan mudah jika Aljazair berhenti mendukung Polisario.

Aljazair memiliki dendam terhadap Maroko setelah perang perbatasan yang disebut Perang Pasir pada tahun 1963 antara kedua negara. Itulah alasan utama mengapa Aljazair mendorong Polisario dan mendukungnya dengan uang dan senjata untuk berperang melawan Maroko.

Baik PBB maupun komunitas internasional harus menekan Aljazair untuk memerintahkan Polisario menerima gencatan senjata 1991 dan kembali ke meja perundingan.

 

Penulis adalah wartawan senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun