Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Intoleransi Tak Sesuai dengan Roh Sumpah Pemuda

1 November 2019   01:32 Diperbarui: 1 November 2019   01:42 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika para pemuda menggagas Sumpah Pemuda pda 28 Oktober 1928, yang harus kita pahami adalah mereka sudah rela melebur kebanggaan  primodialisme dan fanatisme kelompok dan kesukuan. Mereka tidak peduli lagi bahwa suku Jawa berbeda dengan Madura, Sumatera punya budaya berbeda dengan Bali, Kalimantan juga berbeda dengan Sulawesi.

Mereka tidak merasa lebih tinggi atau lebih rendah satu sama lain. Mereka juga mengabaikan keyakian yang berbeda. Islam, Kristen, Hindu dan Budha melebur dan punya rasa nasionalisme yang sama. Mereka punya naluri untuk menyatukan semua perbedaan itu dan mendorong pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Beberapa belas tahun setelah Sumpah Pemuda itu,kemerdekaan bangsa Indonesia memang didapat. Bukan tanpa perjuangan, karena Belanda sebagai negara penjajah ingin kembali menjajah Indonesia setelah Jepang berhasil dikalahkan oleh Sekutu. Saat itu Belanda membonceng sekutu dan menyerang Indonesia padahal bangsa kita sudah menyatakan kemerdekaan.

Setelah serangan bertubi dari sekutu itu, semua komponen bangsa melawan dengan banyak jatuh kurban. Yang paling dahsyat adalah perlawanan dari arek-arek Suroboyo yang mencapai ribuan jiwa gugur dalam perlawanan kepada Sekutu.

Pengorbanan ini tentu tidak disertai penekanan bahwa dia dari suku dan dari keyakinan mana sehingga mereka rela menyerahkan nyawanya untuk cita-cita bersama itu. Penduduk Surabaya yang melakukan perlawanan tentu tidak berfikir bahwa kemerdekaan itu untuk golongan mereka sendiri tetapi untuk seluruh rakyat Indonesia yang sudah menyatakan merdeka dari penjajahan Belanda.

Karena itu kita harus kembali mereview ulang apa saja yang sudah terjadi untuk mewujudkan apa yang kita capai sekarang. Kemerdekaan, kemajuan dalam hal pendidikan, sosial, ekonomi , pertahanan dan keamanan. Kita juga tidak kuatir lagi dalam menjalanakan cita-cita pribadi maupun cita-cita nasional.

Hanya saja, kerikil bernama in- toleransi  selalu mengintip kita selama beberapa tahun ini. Intoleransi yang mempersoalkan perbedaan keyakinan sangat marak. Hal ini juga diperuncing dengan sikap yang tak layak diberlakukan bagi sesama bangsa Indoensia yang menjunjung persamaan hak meskipun kita berbeda keyakinan dan berbeda etnis.

Intoleransi jelas tidak sesuai dengan roh Sumpah Pemuda yang didengungkan oleh pemuda pada masa itu. Tentu kita tahu bahwa para pemuda itu tidak saja beragama Kristen atau Hindu, tapi juga memeluk agama Islam dan Budha. Mereka juga dari beragam etis, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon dll sehingga seharusnya kita paham bahwa kita disatukan meski kita berbeda banyak hal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun