Mohon tunggu...
Ani Soetjipto
Ani Soetjipto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis adalah pengajar senior pada perguruan tinggi negeri di Jakarta, penulis artikel jurnal, buku dan penikmat sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Kembali NH Dini (2/2)

5 Desember 2021   14:57 Diperbarui: 6 Desember 2021   16:43 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(Part 2)

Lingkungan yang asri, hubungan antar manusia yang lebih normal dan beradab dibandingkan dengan situasi masa kini digambarkannya dengan lengkap dan pas.

Berbeda dengan buku seri kenang kenangan masa kecil yang menceritakan pengalaman hidup NH Dini dan keluarganya di Semarang di jaman yang bergolak, penuh keprihatinan di tengah situasi perjuangan kemerdekaan, pendudukan Jepang, penjajahan Belanda sampai dicapainya kemerdekaan yang diungkapkan dengan sungguh piawai.

Indonesia yang digambarkan oleh NH Dini setelah Dini kembali pulang pasca perceraiannya bukan Indonesia yang menawan .

Sebaliknya narasinya berisi banyak sekali keluhan tentang ketidak becusan, ketidak beresan, korupsi, relasi antar manusia yang kurang beradab dan rusaknya lingkungan serta tatanan sosial dengan semua rajutan nya termasuk soal soal spiritual kurangnya toleransi dan berkembang suburnya aliran aliran konservatif agama di wilayah tempat tinggalnya di Semarang .

NH Dini dibesarkan dengan tradisi kejawen kemudian memeluk agama Islam dan menikah dengan suami yang Nasrani. Tahun -tahun terakhir Dini sebelum wafat NH Dini menekuni Budhisme ( bhiksu Panyaaro Bante ) nama yang banyak disebut dalam dua buku terakhirny Dari Ngalian dan Gunung Ungaran. NH Dini adalah personality yang tidak mudah, pribadi yang mandiri, dan bersikap "merdeka/ bebas" dan bertindak mengikuti kata hatinya.

Bagian terindah tentu saja bagaimana Dini menggambarkan perasaan cintanya dan perselingkuhannya ( affairs nya) dengan sang kapten kapal ( Maurice ) yang begitu jujur, terus terang, apa adanya.

Narasi dan deskripsi bagaimana mereka merajut kasih dalam waktu panjang , berpindah pindah dari Kampuchea, Paris, Tokyo, Rangoon, Thailand sampai ke Belanda dan Jakarta diungkapkan dengan detail dan jujur.

Membaca kembali tulisan NH Dini pertanyaan penting yang sering terlontar adalah apakah ia seorang feminis? NH Dini selalu menolak dirinya disebut feminis.

Namun, narasi Dini tentang seksualitas , sexual relations, consent, intimacy dalam hubungan heteroseksual antara laki laki dan perempuan memperlihatkan dengan jelas NH Dini adalah perempuan yang otonom , mandiri dan bebas bersikap.

NH Dini tentu tidak anti laki laki atau anti perkawinan seperti ideologi para aktivis feminist radikal. NH Dini sebagai perempuan yang hidup pada generasi lama ( kelahiran di tahun 1930 an) percaya pada institusi perkawinan , percaya bahwa tujuan hidup perempuan adalah menikah, hidup berkeluarga, mempunyai anak -anak dan suami .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun