Mohon tunggu...
Anis DwiKusumawardani
Anis DwiKusumawardani Mohon Tunggu... Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi yang sedang belajar untuk menulis dan menuangkan pikiran ke dalam sebuah kata. Musik adalah teman sehari-hari saya dimana tempat saya menemukan suatu inspirasi, ketenangan, dan terkadang menemukan jawaban. Di Kompasiana ini saya akan mencoba berbagi mengenai apa yang saya pikirkan untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Masih pemula, akan tetapi semangat belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

" Berhenti untuk Membandingkan Anak : Luka Batin Yang Sering Diabaikan "

23 September 2025   22:47 Diperbarui: 23 September 2025   23:02 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Mengapa kamu tidak seperti kakakmu yang  punya prestasi, pintar, dan juga rajin? ". Seringkali sebagian dari kita sebagai seorang anak kerap mendapatkan lontaran pertanyaan seperti itu atau mungkin sebagian orangtua pernah mengatakan hal itu tanpa sadar? Pertanyaan itu cukup sederhana tapi pernahkah untuk berfikir bahwa pertanyaan itu lah yang dapat menaruh goresan luka pada hati sang anak. Perlakuan membandingkan anak sering dilakukan oleh orang tua  baik itu ia membandingkan dengan saudaranya, temannya maupun anak dari tetangganya. Biasanya hal-hal yang dibandingkan ialah berupa nilai, perilaku, prestasi maupun kemampuan dari si anak tersebut. Nah, pernah kah sebagai orang tua memikirkan dampak apa yang dapat ditimbulkan dari sebuah pertanyaan  yang tanpa sadar ia katakan tersebut.  Tentunya hal itu berdampak pada psikologis dari si anak yang mana dapat menimbulkan rasa iri,cemburu dan benci terhadap saudara/teman/ tetangga yang dibandingkan dengannya; kemudian anak juga akan merasa tidak cukup baik sehingga hal itu dapat menurunkan harga diri nya, selanjutnya anak akan merasakan ketakutan akan suatu  kegagalan dan juga berperilaku perfeksionisme yang cukup berlebihan; dan yang kemungkinan yang  terjadi hubungan antara orang tua dan anak akan menjadi renggang karena hal tersebut. 

Mungkin  ada beberapa alasan mengapa orang tua melakukan hal tersebut yakni diantaranya  yaitu  yang pertama niatnya baik  untuk memotivasi anaknya, yang kedua karena kurangnya pemahaman tentang dampak jangka panjang, yang ketiga karena adanya pengaruh budaya kompetitif yakni lingkungan yang menilai anak dari rangking atau pencapaian,  dan yang keempat yaitu hal itu sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dari pola asuh yang lama.  Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk memotivasi anak tanpa harus melakukan perbandingan terhadap anak nya yaitu fokus terhadap apa yang menjadi kelebihan dan proses dari anak itu sendiri, bandingkan anak dengan dirinya sendiri bukan dengan orang lain misal melakukan perbandingan terhadap anak versi dulu dengan yang  sekarang, selalu mengapresiasi usaha yang dilakukan oleh anak  bukan hanya fokus pada  hasil semata, serta melakukan komunikasi positif dan juga personal pada sang anak.

Nah, sobat ayah bunda apa yang lebih penting dari anak yang menjadi seperti orang lain, atau anak menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri?. Jika sebagai orang tua sudah kerap melakukan perbandingan terhadap anak maka, mulai sekarang  dengarkan anak, bukan hanya membandingkannya. Dan alangkah lebih baiknya cobalah untuk bertanya " Apa yang ayah/ibu dapat bantu agar kamu berkembang menjadi versi terbaik dari dirimu?" bukan bertanya " Kenapa kamu tidak seperti dia?" . Setiap anak memiliki potensi masing masing dan tentu berbeda dengan orang lain, terkadang anak yang yang kurang pada akademik nya mungkin ia mempunyai potensi yang luar biasa di non akademiknya, atau justru malah sebaliknya. Maka sebagai orang tua hal yang perlu dilakukan ialah untuk mendukung dan juga mengarahkan  apa yang yang menjadi potensi pada anak dan fokus pada hal itu agar potensi yang dimilikinya dapat berkembang lebih baik. Biarkan anak untuk menjadi versi terbaik nya dari diri si anak.  Mari menjadi orang tua yang selalu  mendampingi bukan hanya menekan. Yang selalu menerima , bukan hanya untuk menuntut. Karena anak tidak butuh untuk menjadi siapapun, namun mereka hanya butuh didukung untuk menjadi diri mereka sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun