Mohon tunggu...
Anisa Nur Faedhah
Anisa Nur Faedhah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Matematika

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika

19 Juni 2022   12:43 Diperbarui: 19 Juni 2022   12:56 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Siswa SMP N 4 PAKEM Belajar Matematika/dokpri

Pengertian berpikir kritis menurut Gunawan (2003:177-178) merupakan suatu kemampuan untuk berpikir dengan secara kompleks yang menggunakan proses diantaranya analisis serta evaluasi. 

Berpikir kritis ini juga melibatkan keahlian berpikir induktif (mengenali permasalahan yang memiliki sifat terbuka, mengenali hubungan, mampu untuk menemukan sebab serta akibat, membuat kesimpulan dengan data yang relevan. 

Kemudian, pengertian berpikir kritis menurut Chance (1986) adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.

Dari kedua pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting dan merupakan kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap orang.  

Kemampuan ini tentunya juga dibutuhkan dalam pembelajaran matematika karena ketika akan menyelesaikan soal matematika siswa memerlukan penalaran, ketelitian, dan tentunya berpikir kritis bisa membantu siswa dalam memproses informasi yang diperoleh dalam memecahkan masalah matematika.

Menurut (Basri et al., 2019) bahwa siswa dengan keterampilan berpikir kritis masih dalam kategori rendah pada indikator evaluasi, analisis, dan pengaturan diri. 

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh (Agoestanto et al., 2017) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika dari siswa SMP berdasarkan gaya kognitif menunjukkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa SMP masih dalam kategori sedang.

Begitu pula dengan kegiatan observasi yang dilakukan di MA Nurul Huda Mangkang, Semarang. Subjek dalam observasi ini adalah peserta didik kelas X MIPA 1 yang berjumlah 21 peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu peserta didik mengisi angket yang telah disediakan. 

Pada lembar rubrik instrumen angket terdiri dari 7 indikator yang salah satu indikatornya mengenai kemampuan berpikir kritis, 28 pertanyaan yang didalamnya terdapat pertanyaan mengenai berpikir kritis yang berjumlah 4 pertanyaan dan terdiri dari 2 jenis yaitu pertanyaan positif dan negatif. 

Dalam lembar kisi-kisi instrument angket dicantumkan indikator mengenai berpikir kritis karena ketika pembelajaran matematika kemampuan berpikir kritis memiliki peran yang sangat penting dalam menyelesaikan soal-soal. 

Hasil dari kegiatan observasi itu, pada 4 pertanyaan jenis positif menunjukkan yang paling banyak dipilih oleh siswa kelas X MIPA 1 yaitu siswa sering ragu dalam menyelesaikan soal matematika yang susah dan siswa sering mengerjakan tugas matematika dengan mencari berbagai macam cara penyelesaian dan mengerjakan dengan cara paling mudah pernyataan itu dipilih oleh 9 orang siswa. 

Kemudian, pada pertanyaan jenis negatif jawaban yang paling dominan yaitu siswa kadang-kadang ragu dalam mengerjakan soal matematika yang susah dan  siswa selalu malas untuk menyelesaikan tugas matematika yang susah.

Berdasarkan observasi hasil pengisian angket yang dilakukan oleh 21 siswa kelas X MIPA 1 menunjukkan bahwa kemampuan berfikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika digolongkan masih rendah. Karena kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan soal matematika, maka kemampuan tersebut perlu dikembangkan. 

Hal itu perlu dilakukan karena tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal matematika masih rendah atau masih belum optimal.

Tingkat kemampuan berfikir kritis siswa tergolong rendah bisa saja terjadi karena banyak faktor baik itu faktor dari dalam diri siswa sendiri maupun dari guru. 

Pertama, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yaitu, siswa kurang fokus ketika pembelajaran sedang berlangsung, pemahaman materi siswa masih rendah, siswa malu bertanya, penyelesaian soal kurang runtut dan jelas, siswa tidak memperhatikan guru ketika sedang pembelajaran berlangsung. 

Kedua, faktor yang bersumber dari guru yaitu, pembelajaran masih berpusat pada guru dan sangat mendominasi dalam aktivitas mengajar sehingga menyebabkan siswa merasa ketergantungan dan kurang aktif di dalam kelas.

Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru untuk mengembangkan tingkat berpikir kritis siwa-siswi nya contohnya ketika mengajar di kelas guru memberikan kesempatan peserta didik untuk memberikan pendapat dengan teman sebaya terkait materi yang sedang dibahas, meningkatkan rasa percaya diri peserta didik, guru tidak hanya mengajarkan materi yang ada di dalam buku saja, tetapi harus bisa mengembangkan materi tersebut, guru memberikan evaluasi agar peserta didik mengetahui tentang pendapat yang sudah dikemukakan ketika pembelajaran tadi sudah benar atau masih ada yang kurang tepat, guru bisa memberikan pertanyaan kepada peserta didik dan memberikan kesempatan peserta didk untuk aktif bertanya baik pada saat pembelajaran berlangsung ataupaun ketika di akhir pembelajaran, guru bisa sering memberikan latihan soal matematika dengan tipe soal cerita. 

Siswa dituntut harus bisa menghubungkan konsep matematika untuk bisa menyelesaikan masalah melalui soal cerita tersebut.Menurut pendapat (Kurz et al., 2017), soal cerita sering kali menantang bagi peserta didik karena mencakup berbagai proses kognitif. 

Oleh karena itu, siswa dituntut mampu mengolah soal cerita tersebut menjadi bentuk kalimat matematika ataupun model matematika. Hal tersebut mampu menjadikan siswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

Berdasarkan riset dan observasi yang telah dilakukan ternyata tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika masih tergolong rendah. 

Hal itu terjadi bisa di pengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri siswa sendiri maupun dari guru. Dan kemampuan berpikir kritis siswa itu bisa saja dikembangkan ataupun ditingkatkan dengan beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru ketika sedang melakukan pembelajaran matematika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun