Mohon tunggu...
Anisa Fithriana
Anisa Fithriana Mohon Tunggu... Mahasiswi

Mengurai detail, merangkum makna

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rasanya Tenang dan Menang

1 April 2025   22:18 Diperbarui: 2 April 2025   00:16 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua pasti pernah merasakan hati yang penuh sesak. Akibat perkataan dan perbuatan orang lain yang menusuk di hati, baik disengaja maupun tidak. Rasa kesal dan luka yang mengendap. Rasanya seperti membawa tas berat ke mana-mana, tanpa tahu kapan bisa meletakkannya. Namun ketika perasaan marah kepada orang lain tersebut telah dimaafkan dan bermaafan rasanya ada sesuatu yang berubah dan seolah beban yang di bawa kemana-mana itu terangkat berganti dengan ketenangan yang menyelimuti hati.

Ada proses penyembuhan diri ketika mulai menjabat tangan, mata bertatapan dengan penuh arti dan mulut berucap "Maaf lahir dan batin" dendam kecil, kesalahpahaman, bahkan hal-hal sepele yang dulu terasa mengganjal, tiba-tiba terasa tidak lagi penting. Saat sudah benar-benar membuka hati untuk memaafkan, melepaskan amarah, dendam, dan rasa sakit yang amat mengikat. Luruh seketika beban yang di pangku, hanya kelegaan yang tersisa. 

Yang biasa melihat dengan penuh emosi dan dendam, setelah bermaafan tidak ada lagi kecanggungan dan sekat. Bukan berarti melupakan tetapi memberi kesempatan bagi diri sendiri untuk bisa melanjutkan hidup dengan lebih ringan. Kemenangan yang berasal dari ego sendiri, karena memaafkan butuh keberanian dan kerelaan untuk melepaskan genggaman pada sesuatu yang sebenarnya terus menyakiti diri.

Momen Idul Fitri menjadi puncak dari perjalanan sebulan penuh untuk beribadah maksimal. Sayang jika ibadah ini tidak ditutup dengan pelengkap dan penyempurna yaitu saling memaafkan antara hamba. Membangun kembali hubungan dengan manusia (hablumminannas), setelah sebulan penuh bermunajat dan bersimpuh membangun hubungan dengan Allah (Hablumminallah). Setiap jabatan tangan, dan pelukan menjadi bukti ketulusan untuk menghapus kesalahan masa lalu dan membuka lembaran baru. tidak ada lagi kertas yang bercoret tinta sebanyak satu buku, tetapi semuanya telah terhapus, menjadi lembaran putih yang siap diisi kembali dengan hal-hal baik.

Jadi, jika masih ada yang mengganjal di hati, jangan ragu untuk memaafkan atau meminta maaf, walau perih layaknya menggenggam bara api.  tetapi ketika akhirnya dilepaskan ada perasaan ringan saat melangkah menjalani hari. Yang akhirnya memaafkan tidak hanya tentang orang lain, tetapi juga menemukan kedamaian dalam diri sendiri. Sehingga berlebaran rasanya tenang dan menang. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun