Mohon tunggu...
Anisa Eka
Anisa Eka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Tertarik pada pemasaran dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

PayLater dan Segala Sisi Buruk yang Dibawanya

5 Juni 2023   11:30 Diperbarui: 5 Juni 2023   11:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

c. Ketidakyakinan

Perasaan cemas akan hilangnya sesuatu adalah hal umum yang dirasakan setiap manusia. Mereka cemas jika mereka tidak bertindak secepatnya, mereka akan kehilangan barang tersebut. Shopee menyediakan berbagai produk dengan harga yang relatif murah. Terutama saat flash sale berlangsung. Banyak produk-produk yang dijual dengan harga sangat rendah dan menimbulkan perasaan ketidakyakinan para para penggunanya. Banyaknya potongan harga di berbagai produk menimbulkan asumsi “ah kapan lagi harga barang semurah ini”. Akibatnya, banyak pengguna membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan namun hanya untuk memuaskan rasa cemas mereka akan kehabisan barang dengan harga semurah itu.

d. Kebutuhan

Instant Gratification terkadang juga merupakan tanda dari diri kita untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Contohnya saja saat kita membutuhkan sembako namun kita terlalu sibuk untuk pergi berbelanja. Makanan adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi secepatnya. Oleh karena itu, Shopee hadir dengan menawarkan berbagai jenis sembako untuk kebutuhan pangan kita.

e. Diakui

Manusia ingin merasa diakui dan cocok dalam masyarakat. Perasaan ini dapat menimbulkan Instant Gratification agar mereka merasa diterima. Sebagai contoh, saat seorang mahasiswa baru yang berasal dari daerah pedalaman menempuh studinya di universitas yang terletak di daerah pusat. Tak dapat dipungkiri, Mahasiswa yang berasal dari daerah pusat cenderung lebih up to date dengan perkembangan trend. Mereka mengaplikasikannya dalam gaya berpakaian mereka. Mahasiswa baru ini kemungkinan besar akan mengalami perasaan tertinggal atau dalam istilahnya FOMO (Fear of Missing Out). Akibatnya, mahasiswa baru ini langsung membeli barang-barang yang mirip dengan yang dimiliki oleh mahasiswa-mahasiswa lainnya. Hal ini ia lakukan agar dapat diakui dan dipandang sebagai salah satu mahasiswa di universitas tersebut.


f. Penggantian

Banyak orang mengganti barang mereka dengan barang yang memiliki sedikit kelebihan. Contohnya saat seseorang mengganti handphonenya dengan handphone baru dengan brand terbaru yang memiliki kualitas kamera yang lebih bagus. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan handphone lama milik orang tersebut, tetapi hasrat untuk membeli barang tersebut tinggi karena mereka berpikir bahwa teknologi berkembang maka ia harus kerap memperbarui handphonenya.

3. IMPULSIVE BUYING

Impulsif berarti tidak hati-hati dan tanpa pertimbangan. Jadi, Impulsive Buying adalah kondisi dimana konsumen memiliki hasrat untuk membeli suatu barang secara tiba-tiba tanpa didasari pemikiran yang matang. Hasrat ini muncul disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah sistem BNPL ini. Banyak hal buruk yang ditimbulkan dari Impulsive Buying, seperti rapuhnya kondisi mental pembeli yang mengakibatkan pembeli kesulitan untuk mengatur kondisi finansialnya. Menurut sebuah studi, konsumen yang melakukan impulsive buying cenderung lebih emosional dibandingkan konsumen yang tidak melakukannya jika impulsive buying kerap dilakukan,  konsumen akan memiliki risiko tinggi mengidap CBD atau Compulsive Buying Disorder, yaitu perilaku berbelanja yang berlebihan atau abnormal sebagai pelampiasan rasa cemas atau gelisah. 

Dampak lebih buruknya yaitu terjerat banyaknya utang. Selain dampak-dampak yang dialami pembeli, ada dampak lain yang mempengaruhi kondisi luar. Contohnya dari sektor lingkungan.. Keputusan membeli konsumen yang tidak dipikirkan secara matang dan terburu-buru mengarahkan konsumen untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Nantinya, mereka akan mengabaikan barang-barang tersebut dan membuangnya begitu saja. Barang-barang yang terbuang begitu saja ini akan menambah kuantitas sampah, terutama sampah plastik yang sekarang menjadi salah satu permasalahan terbesar dunia.

Begitu fatal efek samping dari BNPL ini sehingga dapat menuntun para penggunanya kepada krisis finansial bahkan mental. Namun, bukan berarti para pengguna platform e-commerce harus berhenti dan tutup telinga soal BNPL, melainkan para pengguna harus lebih bijak dalam menggunakan dan mengatur finansial agar tak terdampak oleh efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh BNPL ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun