Meski terkesan menyeramkan, cancel culture  memiliki dampak positif dalam kehidupan sosial. Berikut beberapa dampak positif cancel culture:
- Akuntabilitas Sosial
Cancel culture dapat menjadi alat untuk menuntut pertanggungjawaban dari tokoh publik atau perusahaan yang melakukan tindakan tidak etis.
- Kesadaran Sosial
Fenomena ini membantu meningkatkan kesadaran tentang berbagai isu sosial seperti rasisme, seksisme, dan pelecehan seksual.
- Perubahan Perilaku
Dengan adanya cancel culture, individu dan perusahaan menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan berbicara di ruang publik.
Dampak Negatif Cancel Culture
Cancel culture juga memiliki dampak negatif yang membahayakan bila tidak disikapi secara bijak. Berikut dampak negatif yang dapat ditimbulkan:
- Hilangnya Kesempatan untuk Menebus Kesalahan
Seseorang yang telah terkena cancel culture sering kali kesulitan mendapatkan kesempatan kedua meskipun telah meminta maaf atau berusaha memperbaiki diri.
- Trial by Social MediaÂ
Opini publik di media sosial sering kali terbentuk tanpa investigasi yang mendalam, sehingga seseorang bisa dihukum secara tidak adil.Â
Kecepatan informasi kadang tidak dibarengi data valid sehingga hoaks merajalela dan bisa jadi merugikan seseorang atas pemberitaan yang salah dan merugikan.
- Efek Psikologis
Individu yang terkena cancel culture dapat mengalami tekanan mental, kecemasan, hingga depresi akibat serangan dan hujatan di media sosial.Â
Seperti yang kita tahu, kita hidup di era personality branding menjadi amat penting dan bisa jadi menentukan kehidupan seseorang. Perasaan cemas karena kehilangan simpati publik bisa jadi mendorong seseorang terpuruk dan melakukan hal-hal nekat.
Public Figure yang Pernah Mengalami Cancel Culture
Beberapa tokoh publik, baik di Indonesia maupun luar negeri pernah mengalami cancel culture. Berikut daftarnya.
- J.K. Rowling, penulis Harry Potter yang mengalami cancel culture akibat komentarnya yang dianggap transphobic.
- Kevin Hart, komedian dan aktor yang batal menjadi pembawa acara Oscar karena cuitan lamanya yang dianggap homophobic.
- Kanye West, rapper yang menghadapi cancel culture setelah berbagai komentar kontroversial mengenai politik dan isu sosial.
- Jerinx SID, musisi yang pernah menghadapi cancel culture sekaligus tuntuntan hukum karena pernyataannya mengenai COVID-19 dan vaksinasi.
- Gofar Hilman, penyiar radio dan influencer yang dikecam akibat tuduhan pelecehan seksual. Di akhir cerita, "korban" meminta maaf dan mengklarifikasi bahwa tuduhannya tidak benar.
- Saipul Jamil, penyanyi dangdut yang mendapat kecaman dan boikot setelah bebas dari penjara karena kasus pelecehan seksual.
- Abidzar Al Ghifari, pemain film yang baru-baru ini menuai kontroversi karena dianggap arogan dan kurang beretika. Film terbarunya diberitakan sepi penonton akibat reaksi masyarakat terhadap perilakunya.
Meski cancel culture dialamatkan pada tokoh-tokoh tersebut, tidak sedikit yang masih memberi dukungan bahkan membela. Masyarakat Indonesia terkenal pemaaf meskipun seringnya fomo (fear of missing out) terkait isu yang sedang naik daun.
Cukup mudah menghindari cancel culture di Indonesia. Cara ini bahkan sudah terbukti berhasil diterapkan oleh beberapa selebritas kontroversial dalam negeri. Syaratnya hanya satu, tunjukkan penyesalan.
Saat permasalahan sedang memuncak, segera ambil langkah meminta maaf dan tunjukkan penyesalan mendalam. Selanjutnya, cukup menghilang beberapa waktu dari peredaran.Â
Kalau bisa selama waktu-waktu tersebut, posting kegiatan-kegiatan positif di media sosial untuk membangun branding. Jangan pernah sekali pun membela diri apalagi mempertontonkan arogansi di depan khalayak.
Lalu, perlahan-lahan mulailah kembali tampil di muka publik dengan "packaging" yang lebih baik. Tunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan menjadi pelajaran berharga.Â
Bisa ditebak yang terjadi selanjutnya, masyarakat akan membuka pintu maaf dan kembali memberi dukungan, seolah-olah masalah yang dulu muncul tidak pernah ada.