Mohon tunggu...
Anisa Lastari
Anisa Lastari Mohon Tunggu... Story hunter

Menulis adalah validasi diri. -Pramoedya Ananta Toer-

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Persiapan Orang Tua Menghadapi Remaja Puber

3 Februari 2025   15:01 Diperbarui: 3 Februari 2025   15:01 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Remaja Memasuki Masa Pubertas (Sumber: Freepik/pikisuperstar)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pubertas mengandung makna akil balig; masa remaja. Saat seseorang mengalami pubertas, otomatis ia sudah bukan anak-anak, tetapi juga belum bisa disebut dewasa. Usia remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini, seseorang mengalami perubahan, baik dari segi fisik maupun mental. Lalu, jika bagaimanakah sikap yang benar saat menghadapi perubahan tersebut sebagai orang tua?

Kenali Perubahan yang Mungkin Terjadi

Pada laki-laki, pubertas terjadi pada kisaran usia 12-16 tahun. Sementara, pada perempuan, pubertas terjadi pada kisaran usia 10-14. Namun demikian, pubertas bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat disebabkan berbagai faktor.

Adapun perubahan fisik yang dialami selama pubertas, antara lain:

  • Perempuan
    • Pembesaran payudara disebabkan karena peningkatan hormon estrogen yang mempengaruhi perkembangan jaringan payudara.
    • Pertumbuhan di area-area tertentu, seperti ketiak dan kemaluan.
    • Perubahan bentuk tubuh, misalnya pinggul menjadi lebih lebar. Perempuan akan mulai memiliki lebih banyak lemak tubuh, terutama di sekitar pinggul, paha, dan payudara.
    • Menstruasi pertama atau yang dikenal sebagai menarche sebagai tanda bahwa tubuh perempuan sudah siap untuk reproduksi. Biasanya terjadi antara usia 9 hingga 16 tahun.
    • Peningkatan tinggi badan meskipun tidak setinggi pada laki-laki.
    • Perubahan menjadi lebih berminyak yang bisa menyebabkan timbulnya jerawat atau flek hitam di wajah.

Anak Perempuan Menstruasi (Sumber: Freepik)
Anak Perempuan Menstruasi (Sumber: Freepik)
  • Laki-Laki
    • Pembesaran testis dan penis yang terjadi karena peningkatan hormon testosteron.
    • Pertumbuhan rambut di area-area seperti wajah (kumis dan jenggot), ketiak, dada, dan area kemaluan. Rambut tubuh umumnya tumbuh lebih lebat pada laki-laki.
    • Perubahan menjadi lebih dalam atau berat karena pembesaran laring dan pita suara. Ini sering kali disertai dengan "suara pecah" yang sementara.
    • Peningkatan massa otot yang membuat tubuh mereka lebih berotot dan lebih kekar.
    • Pertumbuhan tinggi badan secara signifikan.
    • Peningkatan produksi minyak pada kulit yang dapat menyebabkan jerawat.

Anak Laki-Laki Kebingungan Mengalami Pubertas (Sumber: Freepik/cookie_studio)
Anak Laki-Laki Kebingungan Mengalami Pubertas (Sumber: Freepik/cookie_studio)

Selain perubahan fisik, ada pula perubahan mental yang umum terjadi. Perubahan ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon dan pengalaman sosial remaja. Berikut perubahan mental yang umum terjadi.

  • Perubahan Emosional

Salah satu perubahan yang paling terasa adalah perubahan suasana hati yang cepat. Remaja sering merasa sangat senang atau sangat sedih dalam waktu yang singkat. Ini disebabkan oleh perubahan hormon yang memengaruhi regulasi emosi.

Remaja menjadi lebih sensitif terhadap perasaan mereka sendiri maupun perasaan orang lain. Mereka bisa merasa cemas, kecewa, atau bahagia dengan intensitas yang lebih besar daripada sebelumnya.

Selain itu, remaja mudah merasa cemas tentang penampilan, penerimaan sosial, dan tekanan untuk berprestasi. Stres ini bisa muncul akibat tantangan di sekolah, hubungan dengan teman sebaya, atau masalah keluarga.

  • Perubahan dalam Identitas Diri

Pubertas adalah masa di mana remaja mulai mencari jati diri. Mereka mulai mengeksplorasi minat, nilai, dan tujuan hidup. Hal ini sering kali memunculkan perasaan kebingungan atau ketidakpastian mengenai jati dirinya dan apa yang diinginkan dalam hidup.

Remaja mulai merasa ingin mandiri, membuat keputusan sendiri tanpa bergantung pada orang tua. Mereka ingin memiliki kontrol lebih besar atas kehidupan mereka, meskipun terkadang ini bisa menyebabkan konflik dengan orang tua.

  • Perubahan dalam Hubungan Sosial

Selama pubertas, remaja mulai lebih tertarik pada hubungan dengan teman sebaya, baik dalam konteks persahabatan maupun hubungan romantis. Mereka mulai mencari tempat di dalam kelompok pertemanan dan berusaha untuk diterima. Selain itu, ketertarikan romantis dan seksual mulai berkembang selama pubertas. Remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan mungkin merasa bingung atau penasaran tentang perubahan ini.

Perubahan dalam hubungan sosial juga menyebabkan remaja sering mengalami ketegangan dengan orang tua, disebabkan kebutuhan untuk bebas dan merasa diakui. Padahal, remaja masih membutuhkan dukungan emosional dan bimbingan dari orang tua.

  • Peningkatan Keterampilan Berpikir

Salah satu perubahan kognitif yang signifikan dalam masa pubertas adalah kemampuan untuk berpikir lebih abstrak dan kritis. Remaja mulai mampu melihat berbagai sudut pandang, mempertanyakan norma-norma yang ada, dan mengembangkan pemikiran yang lebih kompleks.

Remaja mulai berani membuat keputusan sendiri, meskipun terkadang keputusan tersebut mungkin kurang bijak. Mereka belajar tentang konsekuensi dari tindakan mereka, baik yang positif maupun negatif.

Seiring dengan berkembangnya kemampuan berpikir abstrak, banyak remaja yang mulai mengeksplorasi cara-cara baru untuk mengekspresikan diri, baik itu melalui seni, musik, tulisan, atau cara berpakaian.

  • Peningkatan Kesadaran Sosial dan Moral

Remaja mulai mengembangkan pemahaman yang lebih kompleks tentang konsep-konsep moral dan etika. Mereka sering mulai mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua atau masyarakat dan mengembangkan pandangan mereka sendiri mengenai benar dan salah.

Banyak remaja yang mulai peduli dengan isu-isu sosial atau politik dan memiliki keinginan untuk berkontribusi pada perubahan sosial. Mereka mulai memiliki ketertarikan untuk memperjuangkan apa yang mereka anggap penting dan berusaha mencari cara untuk membuat perbedaan.

  • Peningkatan Sensibilitas terhadap Penilaian Orang Lain

Terlibat dalam komunitas sosial, remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik. Mereka mulai menyadari pandangan orang lain terhadap dirinya dan mungkin merasa cemas atau tidak percaya diri ketika penampilannya tidak sesuai dengan standar sosial.

Hal ini disebabkan kebutuhan akan penerimaan sosial oleh orang-orang di sekitar. Perasaan diterima atau ditolak oleh kelompok teman sebaya bisa memiliki dampak besar pada harga diri mereka.

Lingkar Pertemanan Remaja (Sumber: Freepik)
Lingkar Pertemanan Remaja (Sumber: Freepik)

Persiapkan Diri Menghadapi Gejolak Pubertas

Setelah mengetahui perubahan-perubahan yang mungkin terjadi, orang tua perlu melakukan persiapan sedini mungkin dalam menghadapi fase pubertas pada remaja.  Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua.

  • Lakukan Komunikasi Dua Arah yang Terbuka dan Jujur

Orang tua perlu membicarakan perubahan yang akan atau sudah dialami anak, baik perubahan fisik dan mental. Jadilah pendengar yang baik agar anak merasa tidak perlu cemas atau malu untuk berbicara tentang perubahan tubuh mereka. Jangan sesekali menghakimi atau meremehkan perasaan mereka karena hal tersebut dapat menyebabkan mereka enggan berkomunikasi di kemudian hari.

  • Berikan Informasi yang Tepat dan Sesuai Usia

Anak perlu tahu apa yang terjadi pada tubuh mereka dan bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi dengan baik. Carilah sebanyak mungkin informasi yang valid dan sampaikan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak. Anak umumnya lebih mudah memahami penjelasan dengan gambar atau video. Orang tua dapat menonton video edukasi terkait pubertas bersama anak sambil melakukan diskusi dan tanya jawab.

Selain memberikan informasi biologis, orang tua juga harus mengajarkan norma terkait hubungan, seksualitas, dan tanggung jawab. Ini akan membantu anak membuat keputusan yang bijak dan sehat di masa depan. Orang tua dapat menambahkan ajaran sesuai agama yang dianut dan relevan dengan nilai-nilai dalam keluarga.

  • Ajarkan Anak Mengelola Emosi

Anak yang sedang mengalami pubertas sering kali mengalami perubahan suasana hati dikarenakan fluktuasi hormon. Orang tua perlu bersabar dengan sebisa mungkin tidak menghakimi atau memberi tekanan saat anak menunjukkan perubahan emosional yang besar. Menyadari bahwa ini adalah hal yang wajar dan bagian dari proses pertumbuhan akan membantu orang tua lebih memahami anak. Dengan menunjukkan kendali emosi, orang tua sekaligus memberikan contoh cara mengelola emosi yang tepat.

Anak-anak yang berada dalam fase pubertas mungkin merasa bingung atau tidak nyaman dengan perubahan yang mereka alami. Orang tua perlu memberikan dukungan emosional, memberikan rasa aman, dan membantu anak mengelola stres atau kecemasan.

  • Dampingi Anak Menghadapi Perubahan Sosial

Pada masa pubertas, hubungan dengan teman sebaya menjadi sangat penting. Orang tua harus memantau hubungan sosial anak dan memastikan mereka dikelilingi oleh lingkungan yang positif. Orang tua juga perlu mengajarkan cara berkomunikasi yang baik dan cara menjaga hubungan yang sehat dengan teman di sekitar.

Bukan tidak mungkin, anak menghadapi tekanan untuk mengikuti pergaulan negatif, seperti merokok, bolos sekolah, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang tua perlu mengajarkan anak untuk memiliki rasa percaya diri dan keberanian menolak ajakan yang dapat merugikan diri mereka.

  • Jaga Kesehatan Fisik dan Mental 

Selama pubertas, tubuh membutuhkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan fisik yang pesat. Orang tua perlu memastikan anak mendapatkan makanan yang sehat, cukup tidur, dan rutin berolahraga untuk mendukung kesehatannya.

Selain itu, pubertas sering kali menyebabkan tantangan mental, seperti kecemasan, stres, atau perasaan tidak aman tentang penampilan fisik. Orang tua bisa membantu anak belajar cara-cara merawat kesehatan mental mereka, seperti dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan, berbicara tentang perasaan, atau mencari bantuan profesional jika diperlukan.

  • Tumbuhkan Rasa Tanggung Jawab

Di masa pubertas, anak mulai mencari kemandirian dan rasa tanggung jawab. Orang tua dapat mulai memberi anak lebih banyak tanggung jawab, seperti membantu pekerjaan rumah tangga atau menyelesaikan tugas tanpa pengawasan ketat.

Anak-anak perlu belajar membuat keputusan yang baik dan bertanggung jawab. Orang tua bisa membantu dengan memberikan pilihan yang memungkinkan anak untuk memilih dan belajar dari konsekuensinya.

  • Sediakan Waktu Berkualitas 

Selama fase pubertas, penting bagi orang tua untuk meluangkan waktu berkualitas bersama anak, seperti melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama (bermain, berolahraga, atau menonton film). Hal ini akan mempererat hubungan dan membangun kepercayaan antara orang tua dan anak.

Di masa pubertas, anak-anak sering kali mengembangkan minat baru, baik dalam bidang olahraga, seni, atau akademis. Orang tua dapat memberikan dukungan penuh terhadap minat anak sehingga anak berani dan percaya diri dalam mengembangkan keterampilan atau bakatnya.

  • Berikan Ruang Privasi

Saat anak memasuki pubertas, mereka akan mulai merasa lebih membutuhkan ruang pribadi. Orang tua harus menghargai kebutuhan akan privasi ini dan memberikan batasan yang sehat, seperti menghormati waktu pribadi anak dan ruang tidur mereka. Berikan kepercayaan kepada anak agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan bertanggung jawab.

Meskipun pubertas dapat membawa jarak antara orang tua dan anak, penting untuk menjaga hubungan yang tetap positif dan terbuka. Jangan ragu untuk memberikan pujian atau dukungan ketika anak melakukan hal yang baik, dan berikan arahan dengan cara yang penuh kasih sayang.

Dampingi Anak Lalui Masa Pubertas (Sumber: Freepik)
Dampingi Anak Lalui Masa Pubertas (Sumber: Freepik)

Mempersiapkan diri sebagai orang tua dalam menghadapi fase pubertas anak sangat penting untuk membantu mereka menjalani proses ini dengan lancar dan sehat. Dengan menyediakan komunikasi yang terbuka, mendukung perubahan emosional, sosial, dan fisik, serta mengajarkan nilai-nilai hidup yang baik, orang tua dapat membantu anak mengatasi tantangan pubertas dengan lebih baik. 

Jangan biarkan anak melalui masa pubertasnya sendirian tanpa pegangan. Jadilah sahabat terdekat yang selalu memberikan dukungan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun