Mohon tunggu...
Anindya Shefira
Anindya Shefira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Food Technology Student at Diponegoro University

A passioante being.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menyimpan Buah Menggunakan Pembungkus Plastic Wrap? Ternyata Kamu Sudah Menerapkan Teknologi Modified Atmosphere Packaging!

5 Desember 2023   09:23 Diperbarui: 5 Desember 2023   09:33 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Okezone Lifestyle

Buah-buahan merupakan jenis pangan yang kerap kali diburu karena segala jenis nutrisi baiknya yang mampu membawa kesehatan dalam tubuh. Berbagai macam buah memiliki kandungan vitamin dan senyawa yang berguna untuk menjaga kekebalan tubuh, seperti buah pisang yang mengandung kalium dan bermanfaat dalam menjaga kontraksi otot serta kandungan elektrolit dalam tubuh. Fase kehidupan buah diketahui terbagi menjadi fase pre-maturasi (pertumbuhan), maturasi (perkembangan), pematangan, dan senesensi (pelayuan). Fase pematangan ini lah yang menjadi tahap akhir penuaan buah dan menjadi tahap awal dari pelayuan.

Menurut klasifikasinya, buah-buahan terbagi menjadi buah klimaterik dan buah non-klimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang mengalami lonjakan gas etilen setelah panen yang mempengaruhi laju respirasi ke tingkat paling tinggi dan mengalami peningkatan gas CO2, gas etilen tersebut akan merangsang pematangan buah dengan mengaktivasi enzim-enzim yang terdapat dalam buah untuk melakukan metabolisme biokimia seperti pembentukan nutrien dan glukosa yang menyebabkan buah akan tetap mengalami pemasakan setelah dipanen. Aktivitas dari enzim tersebut juga merangsang proses degradasi pigmen klorofil, sehingga dapat menandakan buah telah masak. Contoh buah-buahan klimaterik diantaranya adalah pisang, pepaya, apel, tomat, dan alpukat. 

Sedangkan buah non-klimaterik adalah buah yang tidak mengalami proses pemasakan setelah dipanen, yang artinya tidak ada lonjakan gas etilen dan peningkatan laju respirasi serta peluruhan pigmen klorofil telah terjadi sebelum buah dipetik dari pohonnya, sehingga buah tidak akan mengalami perubahan kualitas yang signifikan setelah dipanen. Buah-buahan seperti stroberi, anggur, dan ceri adalah buah-buahan yang termasuk dalam kelompok buah non-klimaterik. 

Kelompok buah-buahan klimaterik tersebut merupakan buah-buahan yang mudah mengalami pembusukan dan berdampak pada masa simpan yang pendek. Buah-buahan ini akan tumbuh optimal jika disimpan pada suhu ruang berkisar antara 26-30C dan dalam udara yang lembab. Namun, bukan berarti buah-buahan non-klimaterik tidak akan mengalami pembusukan. Maka dari itu perlu dilakukan penyimpanan buah dengan kemasan yang baik. Selain refrigerasi, cara lain yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan buah adalah dengan membungkusnya menggunakan plastic wrap food grade yang aman untuk makanan. Dalam kacamata teknologi pasca panen, penggunaan plastic wrap ini termasuk ke dalam metode pengemasan dengan atmosfer termodifikasi atau Modified Atmosphere Packaging (MAP). 

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penggunaan plastic wrap sebagai kemasan yang baik dalam upaya mempertahankan shelf life (masa simpan) buah-buahan pasca panen menggunakan metode Modified Atmosphere Packaging (MAP). 

Yuk simak lebih lanjut mengapa metode MAP dengan plastic wrap dapat menunda pembusukan pada buah-buahan!

Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah metode pengemasan yang secara sengaja menggunakan kemasan berpermeabilitas untuk mengontrol atmosfer di sekitar atau laju udara. Metode tersebut bertujuan untuk mencegah atau memperlambat laju respirasi sehingga buah memiliki daya simpan yang tahan lama dan tidak mudah membusuk. Hal yang paling krusial untuk dipertimbangkan dalam penyimpanan dengan kemasan adalah karakteristik permeabilitas dari bahan kemasan. Permeabilitas sendiri merupakan sifat khusus dari plastik yang menunjukkan kemampuannya untuk dapat ditembus oleh uap air, CO2, dan O2, sehingga plastik dapat memodifikasi kondisi lingkungan kemasan selama penyimpanan. Salah satu jenis kemasan yang banyak dipakai adalah plastik berbahan polyethylene. 

Penggunaan plastik sebagai materi kemasan memiliki keunggulan dibandingkan dengan kemasan lain, hal ini karena plastik memiliki sifat yang ringan, transparan, kuat, dan memperlihatkan permeabilitas terhadap uap air, CO2, dan O2. Varian plastik yang sering dijumpai dalam rumah tangga dan dapat difungsikan sebagai materi kemasan buah-buahan di supermarket ialah plastic wrapping. Umumnya, kemasan dari metode atmosfer termodifikasi dengan plastic wrapping dipakai untuk berbagai jenis produk, termasuk produk hortikultura segar seperti buah-buahan.

foto-kompas-2-656e853cc57afb11e22fd874.jpeg
foto-kompas-2-656e853cc57afb11e22fd874.jpeg

Source : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)

Plastic wrapping dinilai dapat menurunkan aktivitas laju respirasi dan transpirasi pada buah, plastik bermaterial Linear Low-Density Polyethylene (LLDPE) ini mampu menahan oksigen menembus buah ke dalam atmosfer penyimpanan sehingga terbentuk udara termodifikasi. Plastic wrap tersebut memfasilitasi pertukaran gas antara produk yang terbungkus dan atmosfer sekitarnya. Apabila kemasan tertutup rapat, oksigen yang menembus kemasan dapat mengalami penurunan, dan gas-gas lain seperti CO2 yang dihasilkan oleh produk dapat terperangkap di dalamnya. Peristiwa ini lah yang menciptakan kondisi atmosfer termodifikasi dan dapat melambatkan proses penuaan serta menjaga kualitas produk lebih lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun