Mohon tunggu...
Anindito Rahardjo
Anindito Rahardjo Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dengan aktifitas sebagai Guru SD dan Tutor UT

Suka bercerita dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu

30 April 2024   22:54 Diperbarui: 30 April 2024   22:56 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bu... yang sabar, jangan banyak ngeluh, nanti ga habis-habis rasa sakitnya" ujarku menanggapi keluh lesah ibu beberapa hari ini.
Sejak dirawat karena keluhan di jantungnya, kini bertambah penyakit lain menghampiri.
Setiap bulan 2 kali kontrol ke dokter yang berbeda.
Kurasakan lelah dalam sorot mata ibu untuk menjalani semua ini.
Aku pun merasakan hal yang sama, lelah terasa.
Harus membagi waktu untuk anak-anak, tuntutan pekerjaan dan urusan ibu.
Terkadang batas sabar terlewati dan suaraku meninggi dengan keluhan ibu.
"Bu... di meja makan sudah anin siapkan sayur labu dan tahu goreng kesukaan ibu, dimakan ya, anin pamit berangkat kerja" teriakku lirih sambil melewati kamar ibu.
Waktu berlalu ....
Senja bergulir, tiba saat kulepas penat di kantor
"Assalamualaikum... " salamku sesampainya di halaman rumah
"Waalaikumsalam..." jawab putri kecilku
Dia duduk bersama ibu,sedang bermain kartu tebakan.
Kutuju kamar mandi, melewati meja makan, kulirik sejenak, makanan ibu tak tersentuh.
Kuputar langkahku menuju ruang depan kembali.
"Bu... ga selera ya?" Tanyaku
"Iya, ibu ga nafsu, kepala ibu sakit, badan ibu dingin, kaki ibu sakit" keluh ibu
"Ya sudah .. selesai mandi, anin belikan bakmi jowo kesukaan ibu y, ama martabak telor... mau kan?" Ujarku membalas keluhan ibu
Ibu diam tak menjawab.
Derai air mata luruh membasahi pipi. Tumpah dalam riuhnya pancuran air. Berulang kali terjadi tanpa ada solusi. Kuusap wajah yang penuh dengan tetesan air mata. Membersihkan bekas air mata yang luruh. Selesai memberaihkan diri.
Kukayuh kembali si roda dua menuju tukang bakmi jowo di ujung jalan rumahku sambil memesan martabak telor lewat telpon.
Adzan isya terdengar saat kubuka pintu membawa bungkusan bakmi jowo dan martabak telor. Dalam hati riang terucap, ibu pasti akan menghabiskan makanan ini.
Kuletakkan semua makanan di meja makan dan lirih kupanggil ibu.
Langkah kaki terseok ibu menghampiri meja makan. Kulihat ibu mengambil 1 potong martabak telor, senyum terukir di wajahku, asa terucap di kalbu, semkga ibu mau melahapnya.
Ternyata, 1 potong martabak pun tak habis, potongannya diletakkan kembali di piring.
"Ibu ga nafsu nin... ibu mau tidur" dengan langkah gontai menuju kamarnya.
Menetes kembali air hangat dari mataku.
Allah ... sehatkan ibu, mampukan ibu beradaptasi dengan kondisinya, jangan biarkan kesedihan terus menghampiri ibu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun