Kurangnya Kontrol dan Pengawasan
Kemudahan akses pinjol melalui aplikasi membuat siapa pun, bahkan pelajar sekalipun, bisa mengajukan pinjaman dalam hitungan menit. Tanpa regulasi ketat atau kontrol keluarga, banyak anak muda tergelincir.Â
Dampak yang Menghantui: Dari Gangguan Psikologis hingga Masalah Hukum
Konsekuensi dari ketergantungan pada pinjol tidak main-main. Beberapa kasus memperlihatkan bagaimana peminjam terjebak dalam siklus utang yang terus membesar akibat bunga berbunga. Ketika tak mampu membayar, ancaman datang dalam berbagai bentuk mulai dari teror via telepon, sebar data pribadi, hingga intimidasi ke keluarga dan kolega.
Lebih jauh, beban mental akibat utang yang menumpuk memicu gangguan psikologis: cemas, depresi, hingga keinginan mengakhiri hidup. Tidak sedikit kasus bunuh diri yang diduga berkaitan dengan tekanan pinjaman online.
Solusi: Langkah Kecil untuk Keluar dari Jerat Besar
Masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan satu sisi saja. Diperlukan peran bersama dari individu, keluarga, lembaga pendidikan, hingga pemerintah. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:
1. Meningkatkan Literasi Keuangan Sejak Dini
Pendidikan keuangan harus menjadi bagian dari kurikulum sekolah maupun kampus. Anak muda perlu dibekali pemahaman tentang pengelolaan keuangan, bahaya utang konsumtif, serta prinsip hidup sesuai kemampuan.
2. Kritik dan Kurasi Gaya Hidup Digital
Media sosial seharusnya tidak menjadi standar kehidupan. Penting untuk membangun kesadaran bahwa apa yang tampil di dunia maya tidak selalu mencerminkan kenyataan. Membiasakan diri dengan gaya hidup minimalis dan autentik adalah langkah melawan arus konsumtif.
3. Batasi Akses Pinjol untuk Usia di Bawah 21 Tahun