Mohon tunggu...
Muhamad Anim Zamzami
Muhamad Anim Zamzami Mohon Tunggu... MAHASISWA PRODI ILMU KOMUNIKASI UIN SUNAN KALIJAGA (NIM : 24107030077)

seorang Mahasiswa yang tidak pernah takut untuk bermimpi besar

Selanjutnya

Tutup

Money

Gengsi yang Membelenggu: Jeratan Pinjol di Kalangan Anak Muda Indonesia

5 Juni 2025   02:15 Diperbarui: 5 Juni 2025   01:20 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : pinterest @katadata Indonesia

Ketika Gaya Hidup Menjadi Tujuan Hidup

Di era digital yang kian berkembang, media sosial menjadi etalase utama gaya hidup anak muda. Tampilan outfit branded, nongkrong di kafe hits, liburan ke destinasi populer, hingga gawai terkini semuanya dipajang dan dikonsumsi publik secara masif. Sayangnya, demi mempertahankan citra di dunia maya, tidak sedikit anak muda Indonesia rela menempuh jalan instan: berutang melalui pinjaman online (pinjol).

Fenomena ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal psikologi dan budaya. Ketika gengsi menjadi panglima, rasionalitas sering kali ditinggalkan. Pinjol pun hadir sebagai solusi semu yang menjanjikan dana cepat tanpa banyak syarat, namun menjerat diam-diam dengan bunga mencekik dan risiko intimidasi.

Lantas, apa yang sebenarnya mendorong anak muda mengambil keputusan berisiko ini? Dan bagaimana cara menghentikan siklus konsumtif yang berujung jeratan finansial? Artikel ini mencoba mengurai benang kusut fenomena tersebut.

Fenomena: Pinjol Sebagai “Jalan Pintas” Gaya Hidup

Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengguna pinjaman online terus meningkat setiap tahun. Di tahun 2024, lebih dari 30% pengguna layanan pinjol berasal dari kalangan usia 19–34 tahun. Fakta ini menunjukkan bahwa anak muda merupakan pasar empuk bagi industri fintech lending, baik legal maupun ilegal.

Beberapa alasan umum anak muda terjerat pinjol, antara lain:

  1. Gengsi Sosial dan Tekanan Media Sosial
    Banyak anak muda merasa harus selalu tampil “keren” agar tidak tertinggal dari lingkar sosialnya. Unggahan teman-teman tentang liburan, barang mahal, atau pencapaian karier menciptakan tekanan tersendiri untuk membuktikan eksistensi mereka.

  2. Minim Literasi Finansial
    Tidak semua anak muda memiliki pemahaman yang memadai tentang pengelolaan uang, bunga pinjaman, dan risiko utang. Pinjol, yang sering kali beriklan secara agresif dan menyesatkan, tampak seperti solusi cepat untuk kebutuhan mendesak.

  3. Gaya Hidup Konsumtif dan Instant Gratification
    Dorongan untuk mendapatkan sesuatu secara instan tanpa menunggu atau menabung mendorong banyak orang untuk memilih berutang. Saat tidak mampu membeli, mereka memilih meminjam, tanpa memperhitungkan kemampuan bayar.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Money Selengkapnya
    Lihat Money Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun