Kutorejo, 24 Juli 2025 -- Belajar sains tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas dengan metode ceramah. Hal inilah yang dibuktikan dalam kegiatan Fun Experiment yang dilaksanakan di SD Negeri 01 Kutorejo. Kegiatan ini menghadirkan pengalaman belajar sains sederhana, menarik, dan menyenangkan bagi siswa-siswi kelas 6. Dengan suasana yang ceria, anak-anak merasa sains bukan lagi sesuatu yang rumit, melainkan sesuatu yang bisa dilihat dan dialami secara nyata.Melalui kegiatan ini, anak-anak tidak hanya diajak mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga mengalami langsung proses ilmiah melalui eksperimen sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Program kerja ini diprakarsai oleh Widya Eka Wijayanti bersama tim, dengan tujuan menumbuhkan rasa ingin tahu dan minat belajar sains sejak dini. Pendekatan ini terbukti efektif, karena anak-anak jauh lebih bersemangat ketika belajar dengan cara mencoba dibandingkan hanya mencatat teori.
Mengenal Hukum Archimedes Lewat Telur dan Lava Lamp
Dalam Fun Experiment ini terdapat dua percobaan utama yang sengaja dipilih karena bahan-bahannya sederhana, mudah ditemukan di rumah, namun mampu menjelaskan konsep sains yang penting. Keduanya adalah eksperimen "Ada Apa dengan Telur" dan "Lava Lamp", yang sama-sama memperlihatkan fenomena fisika dasar tentang massa jenis, gaya apung, dan perbedaan sifat zat.
Eksperimen "Ada Apa dengan Telur"
Anak-anak diperlihatkan bagaimana sebuah telur bisa tenggelam, melayang, hingga terapung hanya dengan menambahkan garam ke dalam air. Awalnya, telur yang dimasukkan ke dalam gelas air langsung tenggelam ke dasar. Namun ketika garam ditambahkan sedikit demi sedikit, telur mulai bergerak perlahan ke atas, hingga akhirnya bisa mengapung di permukaan air.
Percobaan ini menunjukkan prinsip massa jenis dan gaya apung. Dari sini siswa memahami bahwa benda akan terapung atau tenggelam tergantung pada perbandingan massa jenis antara benda dan cairan. Penjelasan yang biasanya terasa abstrak di buku, kini dapat mereka saksikan langsung. Anak-anak pun mulai memahami mengapa seseorang lebih mudah mengapung di laut asin dibandingkan di kolam renang.
Selain itu, eksperimen ini melatih mereka untuk berpikir kritis. Beberapa siswa dengan polos mengajukan pertanyaan seperti, "Kalau begitu, kenapa kapal besar dari besi bisa terapung di laut?" atau "Apa semua benda bisa mengapung kalau airnya diberi garam banyak?". Pertanyaan-pertanyaan ini memperlihatkan bahwa rasa ingin tahu mereka tumbuh alami dari hasil pengamatan, bukan sekadar menghafal teori.
Eksperimen "Lava Lamp"
Eksperimen kedua memperlihatkan perbedaan massa jenis antara minyak dan air, serta reaksi antara baking soda dan cuka yang menghasilkan gas karbon dioksida. Gelembung gas ini mendorong air berwarna naik menembus minyak, lalu turun kembali setelah pecah di permukaan. Fenomena ini menciptakan pemandangan mirip lampu lava yang indah dan penuh warna.
Percobaan ini membuat siswa memahami bahwa perbedaan massa jenis dan tekanan gas dapat menyebabkan gerakan naik-turun pada cairan. Dengan visual yang menarik, anak-anak bisa langsung melihat bagaimana hukum fisika bekerja. Mereka terkesima melihat cairan berwarna seakan menari naik-turun di dalam gelas, sambil bertanya-tanya mengapa bisa terjadi demikian.
Selain aspek sains, eksperimen ini juga menambah unsur hiburan dalam pembelajaran. Anak-anak tampak senang dan penasaran, bahkan ada yang ingin mencoba lagi di rumah. Hal ini menandakan bahwa kegiatan ini tidak hanya memberi pengetahuan, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam yang bisa menjadi bekal belajar mandiri.