Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Sayang Uang, Widz Layak Diidolakan

23 Desember 2020   00:00 Diperbarui: 23 Desember 2020   01:13 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen shoot Kompasiana.com

Menemukan wanita termenarik di tahun ini selain ibu kandung dan ibu mertua cukup mudah bagi saya. Satu nama akan saya teriakkan, gaungkan, gemakan, agar orang ikut mengidolakan seperti saya menjadi fans beratnya. Widz!Tidak kenal secara fisik, bahkan video call tidak pula atau melihatnya nyata di layar kaca namun sosonya begitu menempel di kepala. Sah! Saya ingin seperti dia.

Bukan ingin meniru penampilan atau gaya hidup wanita diaspora yang kini tinggal di uncle Sam itu, namun ingin melakukan tranplantasi hatinya ke dada ini. Untuk ringan berbagi yang selalu dia miliki dalam setiap gerak langkah hidupnya.

Wanita kaya dan cantik seperti dia banyak. Yang melakukan kebaikan juga banyak tetapi yang ringan berbagi dengan ruh literasi untuk ikut membangun anak negeri lewat duit pribadi baru Widz yang saya kenal.

Usai Januari menjadi penanda perkenalan saya dengan Widz. Akhir Februari menjadi langkah mula mengenal kebaikan-kebaikan Widz berikutnya.

Lewat moment ulang tahun yang akan dia rayakan tanpa terompet, lilin atau kue ulang tahun saya mengetahui yang tersembunyi dibalik hatinya. Selalu ingin memberi, itu dorongan meletup yang tak mampu dibendung.

Ranah literasi dia rambah sesudah mengenal Kompasiana. Memberi berbasis tulisan, itu yang dia lakukan dan saya tahu. Untuk kesukaannya berbagi tanpa melibatkan unsur literasi saya tidak perhatikan, tetapi perhatiannya pada penulis, pada hasil karya penulis yang telah menuangkan langkah kebaikan dalam sebuah paparan kata-kata ini yang membuat saya tergetar.

Satu-satunya perempuan Indonesia yang saya tahu demikian getolnya memberi tanpa hitungan sama sekali untuk yang telah dia lakukan. Tidak ingin dapat kembalian selain kado tulisan yang justru memantik gairah literasi penulis negeri ini. Ya Widz Stoops.

Widz Anniversary Event, membuktikan itu semua. Uang cash Rp10.000.000 telah dia bagikan untuk kompasianer yang telah menulis sosok kekurangan dan butuh uluran pun bagi sosok itu sendiri yang tulisannya masuk top five.

Bagi penulis di Kompasiana ini tentu saja luar biasa. Sebab mendapatkan uang hadiah bernilai nol enam bukan perkara mudah. Harus puluhan ribu viewer sebulan atau memenangkan blog competition. Juga untuk traktiran bernilai 100 ribu rupiah. Bagi kompasianer pasti mafhum nilai segitu. Butuh lebih 3000 viewer untuk meraihnya dari beberapa karya tulis yang telah diposting di kanal Kompasiana.

Saya tahu bagi Widz yang bergelimang dolar tentu mata uang rupiah terlihat sepele tetapi masalahnya ringan memberi, itu yang tidak sepele. Ini tidak berlaku untuk perempuan atau orang seperti Widz saja, secara umum langka Loh dermawan untuk urusan uang itu.

Lebih susah dari memberi barang. Ini sudah saya rasakan dan lihat pula di lingkungan. Misal nih diminta iuran acara tujuh belasan senilai Rp 20.000 untuk mengeluarkan berat banget, seperti ada yang menarik tangan. Akan tetapi kalau diminta sumbangan nasi kotak 5 langsung oke, padahal nilainya jauh di atas Rp 20.000.

Konon ada 70 bisikan setan siap menghadang pada orang yang akan bersedekah uang. Itulah sebannya banyak tangan enggan mengulurkan. Padahal uang lebih fleksibel ketika disumbangkan. Membuat penerima bebas membelanjakan sesuai kebutuhan.

Saya melihat itu semua dalam diri Widz Stoops. Putri Ahmad Baijuri, istri Mr. Stoops yang kini bermukim di Florida USA, bekerja sebagai banker di sana. Setia memperpanjang visa demi status Warga Negara Indonesia.

Dengan alasan-alasan itulah saya mengidolakan Widz. Berharap lingkaran kebaikan yang dia lakukan menular pada diri saya. Ringan berbagi tanpa pikir-pikir lagi. Maka pilihan saya untuk woman of the year 2020 ini saya jatuhkan pada Widz Stoops, penulis buku My Golden Gift.

Anis Hidayatie, untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun