Mohon tunggu...
NieNie
NieNie Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar Berbagi

Just ordinary and simple

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berhenti Sejenak

25 Juni 2022   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2022   17:31 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu buku yang pernah saya baca dan penulis di buku itu mengisahkan bahwa berhenti adalah bagian dari suatu cerita. Serupa dengan itu, saya juga menemukan ketika membaca literatur bahan pada saat akan memberikan pelatihan yang menjelaskan berhenti adalah bagian dari suatu proses. Tanpa terkait satu dengan lainnya, kedua sumber ini seolah memberikan gambaran kepada saya bahwa berhenti dapat berarti lebih dari sekedar beristirahat. Saya merasa berhenti sejenak adalah bagian dari aktivitas atau bagian dari suatu proses, karena dilakukan dengan tujuan tertentu.  

Sebelum lebih jauh memahami apa maksudnya berhenti sejenak disini, yang dimaksud berhenti adalah diam, istirahat, tidak melakukan apa-apa. Sejenak berarti sementara, tidak selamanya atau tidak terlalu lama. Kira-kira begitulah. Jadi diam, istirahat, tidak melakukan apa-apa untuk sementara, yang dilakukan dengan maksud tertentu. Nah, menurut saya ini bagian yang penting. Dilakukan dengan maksud tertentu. Jadi bukan sekedar berhenti.

Saya tergoda untuk membahas mengenai berhenti sejenak ini karena saya melihat adanya beberapa fenomena. Beberapa orang terutama yang sangat berambisi untuk mencapai hal tertentu, terpaksa dan dipaksa mencapai hal tertentu, terkadang luput untuk melakukan sesi berhenti sejenak ini. Memang waktu terkadang seperti tidak mengijinkan karena padatnya skedul atau karena tidak sempat untuk meluangkan waktu. Salah satu contoh fenomena yang saya temui adalah berikut. 

Saya memiliki seorang rekan yang memang sangat berpotensi dalam pekerjaannya dan waktu dia sangat padat. Sepertinya 24 jam sehari, 7 hari seminggu tidak cukup. Kalau boleh, dia pasti akan minta lebih, ha-ha-ha. Sayangnya waktu sudah pasti aturannya, sudah baku. Rekan saya ini sangat piawai dalam posisinya dan seorang pembuat keputusan yang sangat lihai. Dia seorang yang sangat ambisius dan aktif. 

Pada suatu saat dia terlihat bingung dan kebingungan ini berdampak pada beberapa rekan lainnya walaupun tidak banyak yang menyadarinya. Namun saya bisa merasakan dia terlihat tidak berenegi dalam komunikasi yang dia lakukan. Saya menyarankan dia untuk berhenti sejenak, dengan tujuan tertentu yaitu mengisi ulang energinya. 

Terserah dia mau recharge dengan cara apa. Pada awalnya dia merasa berhenti sejenak hanyalah menyita waktunya dan tidak akan banyak membantu dia untuk mengembalikan energinya. Namun setelah kami melakukan beberapa kali perbincangan dan menemukan logika bahwa berhenti sejenak adalah bagian dari proses, maka dia melakukannya secara bertahap dan pada akhirnya energi dia kembali terisi.

Saya rasa semua orang menyadari bahwa berhenti sejenak adalah sama dengan istirahat. Berhenti sejenak bahkan betul-betul bisa dengan tidak melakukan apa-apa. Berhenti sejenak juga bisa digunakan untuk momen refleksi diri. Istilah lainnya seperti self check-in. Bukan self check-in online lho ya, ha-ha-ha. Self check-in yang dimaksud disini lebih ke menyapa diri dan menanyakan kabar diri kita. Melihat berapa banyak sisa baterai yang kita punya. Memperhatikan yang diri kita butuhkan. Memaklumi apa yang terjadi pada diri kita. Memahami situasi diri.

Beberapa rekan saya mengaku melakukan berhenti sejenak ini tapi sambil melakukan kegiatan lainnya. Misalnya melakukan hobi. Tidak apa-apa. Kembali lagi ke tujuan dari berhenti sejenak. Apa tujuan melakukan berhenti sejenak ini? Apa fokus kita? Apakah pada saat berhenti sejenak ini kita sambil melakukan kegiatan lainnya tetap bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan atau tujuan kita? Atau justru dengan melakukan kegiatan lain tersebut adalah bentuk dari berhenti sejenak kita?

Saya merasa dengan berhenti sejenak ini akan memberikan kesempatan kepada kita untuk mendapatkan yang betul-betul kita butuhkan. Misalnya ketenangan, penerimaan, ide-ide dan kreativitas, mengembalikan energi, atau mengetahui kondisi diri. Oleh karenanya menurut saya kita perlu menciptakan sesi berhenti sejenak ini di tengah aktivitas kita, atau menikmati sesi berhenti sejenak ini apabila ternyata kita sudah menemukan momennya.

Memang ada kalanya sebagian dari kita merasa dalam sehari kita kebanyakan berhenti, alias tidak banyak kegiatan atau aktivitas. Jadi bisa saja dalam sehari kita hanya istirahat terus atau berdiam terus. Nah, apakah masih perlu berhenti sejenak ini? Kalau menurut saya tetap perlu. Karena berhenti sejenak ini bisa menjadi sesi atau momen yang berbeda. Misalnya pada saat momen berhenti sejenak ini kita bisa berbincang dengan diri kita dan menanyakan diri kita tentang kondisi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun