Mohon tunggu...
ANGRA PRIYA
ANGRA PRIYA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi Menonton Dan Review Film

Selanjutnya

Tutup

Film

Rumah Teteh: Story of Helena Horror Penuh Potensi yang Tertahan oleh Naskah Lemah

14 Februari 2025   19:13 Diperbarui: 14 Februari 2025   19:13 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.imdb.com/title/tt35061784/

Rumah Teteh: Story of Helena adalah film horor terbaru yang diadaptasi dari kisah nyata di Bandung tahun 2007. Sayangnya, meski berangkat dari materi yang cukup kuat, eksekusinya terasa kurang maksimal, terutama dari segi alur cerita yang melompat-lompat dan tidak sesuai dengan ekspektasi para penggemar novelnya.

Film ini menghadirkan pertemanan antara manusia dan sosok gaib, Teteh, dalam durasi 86 menit yang terasa cukup padat. Secara teknis, film ini memiliki potensi besar untuk menjadi horor berkualitas. Teror dan jumpscare yang dihadirkan tidak terkesan murahan, berkat penggunaan scoring musik yang cukup efektif. Namun, kehadiran Teteh dalam berbagai adegan terasa terlalu sering, seakan-akan hantu ini ingin selalu menjadi pusat perhatian.

Kembalinya sutradara Nanang Istiabudi setelah 12 tahun vakum memberikan nuansa nostalgia tersendiri. Gaya penyutradaraannya cukup baik untuk ukuran film horor 2025, meskipun aspek color grading-nya masih terkesan ketinggalan zaman. Rumah Teteh seharusnya bisa menjadi film horor yang lebih solid jika naskahnya lebih matang dan setiap karakter diberikan pengembangan yang lebih baik. Sayangnya, ada beberapa karakter, seperti dua pemilik kos, yang kehadirannya tidak terlalu jelas dan kurang memiliki dampak signifikan pada cerita.

Subplot dalam film ini juga terasa kurang berkontribusi terhadap narasi utama. Bukannya fokus pada asal-usul keangkeran Rumah Teteh dan bagaimana kisah Helena terhubung dengan itu, film ini justru lebih menyoroti gangguan yang dialami oleh Brii dan teman-temannya. Alhasil, storytelling-nya kehilangan fokus dan terkesan acak-acakan. Kurangnya eksplorasi terhadap flashback perselingkuhan dalam rumah tangga---yang dalam novel dijelaskan dengan lebih jelas---membuat film ini kehilangan elemen emosional yang seharusnya menjadi pendukung utama.

Dari segi teknis, sinematografi film ini cukup layak, meski penggunaan CGI terasa kasar dan kurang halus. Namun, keputusan untuk memasukkan lagu Kala Sang Surya Tenggelam dari Chrisye menjadi nilai plus yang menghadirkan atmosfer sendu dan pas dengan suasana film.

Meski memiliki banyak kekurangan, Rumah Teteh masih bisa dinikmati, terutama bagi mereka yang mencari hiburan horor ringan dengan bumbu komedi. Beberapa adegan dan dialog memang terasa cringe, namun interaksi anak-anak kos yang konyol memberikan hiburan tersendiri. Film ini memang bukan yang terburuk dalam genre horor tahun ini, tapi masih jauh dari kata sempurna. Dengan naskah yang lebih kuat dan eksplorasi karakter yang lebih matang, film ini bisa menjadi tontonan yang jauh lebih berkesan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun