Mohon tunggu...
Angling Prasodjo
Angling Prasodjo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Angin dan badai itu yang menguatkan akar akar tumbuh menjadi pohon.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percintaan Seorang Ratu, Balqis

14 Januari 2014   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:51 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ratu Sheba memperlihatkan minatnya, betapa ia suka cita atas kesediaan raja Solomon. Tetapi bagaimana membahas perihal besar tanpa menjajagi pikiran-pikiran kecil, sebuah dialektika berpikir seseorang. Ia merasa perlu menyelami kecerdasan dan kecerdikan Nabi Sulaiman, apakah benar raja Israel ini pribadi yang memiliki wawasan yang luas dan seorang filosof. Dalam beberapa hari Ratu Sheba mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak mudah.

Di hari hari pertama, langkahnya masih berjarak. Disamping sang Nabi, ia melontarkan bahan pembicaraan lebih sebagai seorang ratu. Ia menyelipkan pertanyaan tidak resmi di antaranya. “Sebenarnya apa yang dimaksud sebuah kandang dengan 10 pintu; satu pintunya terbuka, 9 pintu tertutup, ketika 9 terbuka, 1 pintu terbuka ?

Nabi Sulaiman dengan ringan menjawab, “kandang adalah rahim. Sepuluh pintu adalah 10 lubang pada manusia : 2 lubang mata, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga, mulut, pusar, anus, lubang urine. Ketika seorang anak masih dalam kandungan, pusarnya terbuka terhubung dengan ketuban, sedang 9 lubang tertutup. Ketika si anak telah lahir dan tali pusarnya putus, 9 lubang pada dirinya terbuka.

Sheba masih dengan pertanyaan, “apakah hal yang paling jelek di dunia, yang paling indah di dunia, yang paling pasti dan sebaliknya yang paling tidak pasti ?” Sang Nabi menjawab, “hal yang paling jelek di dunia adalah kesetiaan memutar kesetiaan, sedangkan orang yang berdosa lalu bertobat adalah sesuatu yang paling indah, yang paling tidak pasti adalah masa depan, dan yang paling pasti adalah kematian.

Hari hari berikutnya ia mendekati Solomon dengan pertanyaan lebih longgar, mulai menjurus soal pribadi. Batas-batas formal seorang ratu dan seorang raja mulai menipis. “Selagi hidup tidak bergerak, selagi mati bergerak, apakah itu ?” “Itu adalah kayu yang digunakan untuk membangun kapal,” jawab sang raja.

Masih ada lagi, “orang mati tetapi hidup, sebuah kuburan pindah, dan yang mati berdoa, apa itu ?” Sang Nabi menjawab, “itu adalah Nabi Yunus.

Lalu, “apakah yang dimaksud dengan, 7 buah meninggalkan, 9 buah masuk, 2 buah terlibat, dan 1 buah minuman ?” Solomon membalas, “7 hari wanita menstruasi, 9 bulan kehamilan, 2 buah payudara menyusui, memberikan 1 minuman kepada si anak.

Tidak ada lagi rasanya yang tidak diketahui dari diri Solomon, semua terbuka tidak satu pun yang tersembunyi, segala kelebihan dan kelemahan terutama ilmu yang Solomon miliki telah dicurahkan semua kepada Sheba. Demikian pula dengan diri Ratu Sheba, dengan cerdiknya Solomon berhasil menguak rahasia kakinya yang cacat. Solomon telah buat sedemikian rupa lantai istana dari bahan kaca seolah hamparan air. Naluri kewanitaan Sheba membuat dirinya lengah menyibak pakaian kebesaran menjadikan tampak kaki yang kurang lazim. Sheba mengakui kelebihan seorang lelaki yang tidak dimiliki seorang wanita siapa pun meski seorang ratu seperti dirinya. Diam-diam Sheba takluk, lelaki seperti Solomon pantas sebagai raja dan Nabi.

Sebha tidak bisa menyembunyikan perasaannya, benar benar kagum dibuatnya, bahkan timbul keheranan dalam benaknya, seseorang yang begitu bijaksana dalam memahami segala sesuatu, menyenangkan dan anggun, perilakunya halus dengan suara merdu, bermartabat, membalas budi secara diam-diam, serta menyiratkan takut akan Allah. Sudah 6 bulan tanpa terasa ia bersama Solomon, bersepakat bersama Solomon tidak satu pun yang tersisa tidak diketahui.

Dengan rendah hati Nabi Sulaiman membalas, “betapa sangat menyenangkan bisa menjawabmu, begitu manis tutur kata dan suaramu, keindahan yang engkau miliki, ucapanmu begitu anggun, dari bibirmu meluncur kemauanmu yang tulus. Aku telah melihat sendiri dirimu, memberikan hikmah yang tiada habisnya, seperti lampu dalam kegelapan, seperti butiran delima di taman, seperti mutiara di laur, seperti bintang pagi di langit, seperti fajar yang mulia dan matahari terbit di langit.

Namun begitu alangkah sulitnya bagi Sheba menerima kenyataan dirinya telah jatuh di depan Solomon. Meskipun Solomon telah menyatakan dihadapannya bahwa Solomon telah menimang-timang kehadirannya dengan mengatakan, seorang wanita begitu indah telah datang dari ujung bumi, apakah sesungguhnya yang menjadi kehendak Allah. Akankah Allah berkehendak akan memberikan dari wanita itu keturunan kepadanya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun