Mohon tunggu...
Wiana Paragoan
Wiana Paragoan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulislah sampai kau tak punya daya lagi. Abadikanlah setiap momen lewat kata dan ga mbar. Penyayang kucing. Pencinta kopi dan teh. Want to know more about me, visit my blog at angkothijau.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Cuti-cuti Terakhir di Malaysia

5 Oktober 2012   08:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:14 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini merupakan lanjutan tulisan sebelumnya. Bagi yang punya sentimen berlebihan terhadap Malaysia, saya rasa tidak usah melanjutkan membaca tulisan ini. Dan tulisan ini juga bukan berarti menyanjung negeri Jiran ini secara berlebihan. Mari gunakan logika, karena saya hanya menceritakan pengalaman selama berlibur ke Kuala Lumpur. Hal yang bagus dari mereka layak kita pelajari, terutama dari segi tata kota dan transportasi. Untuk wisata alam dan makanan, saya masih lebih menyukai negeri sendiri.

Hari terakhir di Kuala Lumpur

Menjajal Transportasi Lokal

Oke, 30 September 2012, merupakan hari terakhir saya berlibur di Kuala Lumpur. Sekitar pukul 7 kurang 5 menit waktu setempat, saya menerima 'morning call' yang mengingatkan tur akan segera dimulai. Dan semua peserta diharapkan turun ke lobi. Oya, di sini mataharinya telat muncul. Ketika saya membuka jendela kamar hotel pada pukul 6 pagi waktu setempat, situasi diluar masih gelap layaknya masih subuh.

Setelah semua peserta tur turun ke lobi, kami pun menuju restoran yang tidak jauh dari Hotel. Kali ini, kami sarapan di sebuah rumah makan sederhana 'Safreen'. Entah ini rumah makan melayu atau bukan, karena semua pelayannya orang India. Menu yang disajikan juga beragam. Yang unik, saya mencoba sebuah makanan, nama makanannya juga saya tidak tahu, karena ketika saya menanyakan kepada pelayan, mereka sepertinya tidak fasih berbahasa Inggris ataupun melayu. Bentuknya bulat dan agak keras seperti combro, tapi besar seperti pergedel. Terbuat dari kentang yang dihaluskan dan jagung. Rasanya lumayan, karena terlalu banyak bumbu dan tidak kena ke lidah saya. Tapi, not bad lah, setiap mampir ke suatu tempat, kita harus mencicipi semua makanannya bukan? Hehehee

Setelah menghabiskan sarapan, kami diberikan kebebasan ingin pergi kemana (tidak terikat itennary). Saya dan beberapa rekan memutuskan untuk pergi ke pusat kota dan ingin menjajal mall di sini. Kami pun berjalan kaki menuju stasiun monorail. Kami ingin menuju Bukit Bintang. Dari peta yang ada di stasiun, kami berada di IMBI. Untuk menuju Bukit Bintang kami cukup mengeluarkan uang RM1,2. Entah karena unitnya terbatas, monorail ini tibanya juga lama. Hmm.. Seperti menunggu bus Transjakarta di depan kantor. Selama menunggu, ya foto-foto saja dulu, sambil berharap dalam hati, semoga pembangunan monorail di Jakarta segera terwujud, jadi saya tidak hanya melihat tiang pancang di sepanjang jalan Rasuna Said saja. Ayo dong Gubernur terpilih segera lanjutkan proyek yang terkatung-katung ini.

Sekitar 15 menit, monorail pun tiba, kami langsung masuk ke dalam. Ada kejadian lucu di sini, sebenarnya malu juga sih menceritakannya. Ternyata tujuan kita itu ke Bukit Nanas bukan ke Bukit Bintang. Dan untuk harganya ternyata beda, jadi terpaksa turun di Bukit Bintang, baru bisa melanjutkan ke Bukit Nanas. Dan kami dengan sangat percaya diri, tetap berada di dalam monorail, sampai akhirnya diberitahukan oleh seorang penumpang. Ya, akhirnya kami pun keluar dari monorail. Dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju pusat kota (wisata menyehatkan)

Sekitar 10 menit berjalan kaki, kami pun tiba di Pavillion Mall. Dari tampilan luar, bisa dibilang mallnya biasa saja (mungkin karena saya melihat Jakarta sudah terlalu banyak diserbu mall-mal besar ya). Di mall ini kami hanya numpang lewat lantaran kami datang sebelum jam buka. Lalu, kami meneruskan berjalan kaki menuju KLCC Suria Mall, jarak tempuhnya 10 menit juga jika berjalan santai ya. Berada di samping KLCC Suria ini seperti berada di Taman Koleksinya Institut Pertanian Bogor, pemandangan hijau sepanjang mata memandang, jadi ingat Botani Square hehee. Di depan mall ada kolam air mancur. Di belakangnya ada menara petronas dan menara Kuala Lumpur yang sepintas mirip dengan menara TVRI. Menurut mr. Soldier (sopir jemputan), pemandangannya bagus kala malam hari. Lebih bagus lagi jika naik ke Petronas, hmmm, sayang saya terikat dengan itennary.

KLCC Suria Mall ini tergolong besar, dibuka sekitar tahun 1999. Di sini saya tidak berbelanja, entah ya, mungkin karena saya bukan pecinta mall. Jadi ke sini hanya mampir untuk membeli cokelat Bairleys. Oya, tandas awam di sini terbagi dua, ada yang gratis dan ada yang berbayar (2 ringgit). Bicara tandas awam, entah ini hanya pengalaman saya, atau yang lain juga mengalami hal yang sama. Saya dan teman-teman susah menemukan tandas awam yang bersih di sini. Termasuk di bandara.

Oke, kembali ke KLCC, mall ini tergolong mall premier di sini. Lokasi strategis dan nyaman karena ada taman dan kolam air mancur. Hanya saja cuacanya terik saat saya ke sana. Dari KLCC ini kami kembali ke Hotel, karena pukul 13.00 waktu setempat harus tiba di hotel. Kami minta arahan dari satpam mall. Untuk memahami ucapannya, kami musti mencernanya baik-baik. Satpam bilang 'Kalau ingin ke Bukit Bintang naik bas sahaja, percuma, di bas ada tanda green'. Hmm, ternyata yang dimaksud adalah naik bus gratis saja ke Bukit Bintang, yang ada tanda hijau di depan bis. Bisnya berwarna centil, pink. Di depan mall, sudah banyak bus gratis yang ngetem. Kosong pula. Sepanjang perjalanan, saya terus berpikir, bagaimana caranya, Malaysia bisa menyediakan bus gratis? Apa tidak rugi? Informasi yang saya dapatkan sih, free bas ini juga baru diluncurkan dalam rangka menyambut kemerdekaan Malaysia yang ke 55. Beruntung sekali warga Kuala Lumpur ini ya. Sudah gratis, bisa WIFI pula. Untuk rute-rutenya mungkin bisa googling ya.

Well, sebenarnya saya tidak begitu ingat free bas ini mengantarkan kami ke daerah mana (begini nih kalau jalan-jalan gak bawa peta). Tapi kalau dari daerahnya sih, Sungei Wang. Dari sini kami memutuskan berjalan kaki lho ke hotel. Ini irit atau ingin sehat ya? :)). Sebenarnya ada beberapa orang yang ingin naik monorail, tapi lebih banyak yang ingin berjalan kaki sambil menelusuri jalan-jalan tikus di sini dan mampir ke kedai serba aneka (semacam toserba).

Pusat Pemerintahan Yang Tertata Rapi di Putra Jaya

Setibanya di Hotel, kami langsung menuju Putra Jaya. Informasi yang saya peroleh dari Mr. Soldier, Putra Jaya merupakan kompleks pemerintahan. Jadi semua instansi pemerintahan dipusatkan di sana, lokasinya tidak berserakan. Dan menurut dia bangunannya tertata rapi. Prinsip saya itu harus melihat langsung baru bisa dibuktikan kebenarannya. Sepanjang perjalanan, Mr. Soldier bercerita soal Putra Jaya. Kompleks administrasi dan pemerintahan ini baru didirikan pada tahun 1995. Nama Putra Jaya diambil dari nama perdana menteri Malaysia pertama, Tungku Abdul Rahman Putra. Menurut Mr. Soldier, pembangunan Putra Jaya ini sebelumnya juga ditentang oleh para pembangkang (mungkin semacam oposisi ya?) karena dianggap pemborosan anggaran. Namun, akhirnya mereka menerima setelah kompleks ini berdiri, kata Mr. Soldier. Putra Jaya ini memiliki luas sekitar 4931 hektar. Sejarahnya, pemerintah Malaysia membeli lahan ini dari Kerajaan Selangor. Bangunannya memang megah dan modern. Semua tertata rapi. Di kompleks ini, juga terdapat 7 jembatan, namun saya hanya melalui Jembatan Seri Wawasan sebelum menuju Putra Jaya. Dari Jembatan Seri Wawasan ini saya bisa melihat Mesjid Terapung. Pemandangan yang bagus untuk didokumentasikan. Di Putra Jaya ini ternyata juga menjual suvenir, tapi harganya sama saja dengan di Pasar Malam Petaling Jaya. Intinya adalah pintar menawar harga barang. Dan jangan tunjukkan kamu sangat berminat dengan barang itu, karena sudah pasti penjualnya tidak akan menurunkan harga. Cuaca di Putra Jaya ini, kalau kata Mr. Soldier, panasnya keterlaluan alias sangat-sangat panas. Kalau tidak mau repot membawa payung, ya cukup oleskan tabir surya saja sesering mungkin :)

Beberapa Hal Unik

Oya, ada beberapa hal yang tidak / jarang ditemui disini, yakni pengemis dan pengamen. Mungkin hanya ada satu atau dua yang saya temui. Selain itu, saya juga tidak menemukan sampah dan polisi lalu lintas. Sama seperti waktu melancong ke Singapura. Kalo menurut, Mr. Soldier, tidak adanya polisi lalu lintas karena masyarakatnya termasuk patuh hukum, karena hukumannya berat di sini. Hanya CCTV yang dipasang untuk mengawasi lalu lintas. Dan hal unik lainnya adalah soal taksinya, nama pengemudi taksinya tertera di pintu depan. Dan jenis taksinya pun 'oldschool', kecuali teksi eksekutifnya.

Harga Makanan

Sekadar bocoran saja, harga makanan yang dijual di sini tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Sekitar RM 6 - RM 10. Percaya atau tidak saya membeli Tom Yam dengan harga RM 6 sekitar Rp. 18 ribu-an. Rasanya cukup memuaskan. Kalau ingin ke Mc Donald, kamu tidak akan menjumpai nasi, karena memang tidak disediakan di sini. Untuk harga minuman di rumah makan sekitar RM1 - RM2.

Oke, cukup sekian cerita cuti-cuti ke Malaysia. Selama berada di Kuala Lumpur, saya bisa menyimpulkan, Malaysia memang tengah gencar promosi wisatanya lewat program Visit Malaysia. Dan tidak setengah hati, terbukti mereka sudah siap dengan sarana transportasi yang memadai untuk turis dan informasi yang dibutuhkan para pelancong. Indonesia juga harus bisa lebih, karena destinasi wisata lebih banyak. Salah satu yang perlu diperbaiki itu ya sarana transportasinya.

Maaf ya, kalau tulisan ini tidak menyertakan tarif bis karena kebetulan, turnya sudah menyiapkan mobil jemputan. Tapi jangan khawatir, karena informasi tentang rute bis sudah disediakan dan cukup jelas kok. Jangan lupa membawa peta ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun