Melihat judul berita di kompas.com ~Jokowi Juga Akan “Blusukan” ke Partai Demokrat~ (http://nasional.kompas.com/read/2014/04/13/2144155/Jokowi.Juga.Akan.Blusukan.ke.Partai.Demokrat) kompas mengutip kata-kata Jokowi “Nanti yang ke lain. Semuanya. Kita akan ke semua. Termasuk Demokrat,” ungkap Jokowi, saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu (13/4/2014)
Judul di atas, mengingatkan sy dengan kandungan buku Sirah al-Nabawy (perjalanan hidup nabi), bagaimana Nabi Muhammad s.a.w yang merupakan panduan akhlaq ummat Islam menghadapi segala cacian, hinaan, hingga fitnah. Dua poin saja yang sy akan unggah dari akhlaq Nabi; Pertama, bagaimana akhlaq nabi dengan seorang pengemis buta non muslim (Yahudi). Kedua, bagaimana akhlaq nabi ketika menghadapi seseorang yang selalu meludahi nabi saat pulang dari masjid. Berikut ringkasannya:
Sifat Rasulullah ialah mudah berkomunikasi dengan siapa pun, berlaku sopan, lemah lembut, sabar, tidak pernah marah walau disakiti, namun wajah beliau akan berubah merah padam bila melihat kemungkaran, ketidak adilan dan kedholiman.
Di sebuah sudut Kota Madinah, selalu mangkal seorang pengemis Yahudi buta. Setiap orang yang mendekati, ia selalu berkata, “Wahai Saudaraku, jangan engkau dekati Muhammad yang mengaku sebagai Rasul itu. Dia gila, pembohong, dan tukang sihir. Jika kamu mendekatinya, dia akan memengaruhimu.”
Walau begitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rasulullah selalu membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu. Rasulullah melakukan hal ini hingga wafat.
Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis marah sambil berteriak, “Siapa kamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku orang yang biasa.” Pengemis membantah, “ Engkau bukan orang yang biasa datang. Apabila orang itu datang, tanganku tidak susah memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya kepadaku.”
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.” Setelah pengemis Yahudi itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikit pun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Keagungan seorang Muhammad, kebaikannya dan ketinggian akhlaknya tidak terbendung oleh kebencian dan cercaan. Bahkan, beda keyakinan yang notabene merupakan hal yang paling esensial, menjadi lebur di hadapan keluhuran hatinya. Ini sebuah cermin dan teladan yang sangat dibutuhkan ketika saling pengertian, toleransi, dan objektivitas menjadi barang mahal.
Rasulullah sangat pemaaf, tidak mudah merasa sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat menyakitkan sekalipun. Beliau dicaci dihina disakiti tetapi dengan mudahnya beliau melupakan itu semua.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah setiap kali pulang dari masjid Beliau diludahi oleh seorang kafir, suatu hari Raulullah SAW tidak mendapati orang tersebut, ketika Rasulullah mengetahui orang itu ternyata sakit beliau bergegas untuk menjenguknya.
Subhanallah… -oo-