Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i am anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here ✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelecehan Seksual Berkedok Pacaran dan Menormalisasikan Perlakuan Negatif

29 Maret 2024   11:51 Diperbarui: 29 Maret 2024   15:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pacaran bagi sebagian orang menjadi salah satu alternatif untuk menemukan pasangan yang tepat. Namun, seiring waktu dan zaman saat ini banyak sekali hal-hal yang di normalisasikan dalam aktivitas pacaran yang padahal apa yang dilakukan itu termasuk pelanggaran-pelanggaran.

Sebagai manusia yang punya moral dan etika serta hidup di lingkungan yang punya tata krama dan norma, banyak dari mereka yang akhirnya menjadikan pacaran sebagai alat untuk memenuhi kepentingan pribadi tanpa memikirkan resiko dan perbuatan yang dilakukan.

Barangkali, sebenernya konteks pacaran di dalam Islam sendiri pun aktivitasnya memang sudahlah menjadi hal yang salah dan dilarang akan tetapi dalam kehidupan secara umum maka pacaran itu sendiri tentu kembali pada pribadi masing-masing mengenai tujuan dan pilihan hidup serta prinsip yang mendasari.

Bahwa menemukan pasangan yang tepat itu, apakah harus melalui pacaran atau tidak dan lebih kepada pemahaman masing-masing mengenai sejauh mana prinsip yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan, yang artinya ini adalah pilihan.

Namun, yang sangat mencengangkan bila kita melihat fenomena seseorang dengan pasangannya, berstatuskan berpacaran, banyak sekali yang menormalisasikan pacaran mereka sebagai hubungan suami isteri. Seolah-olah menyalurkan rasa kasih sayang dan merayakannya dengan berhubungan seks adalah hal yang normal ketika pacaran maka sangat fatal dan keliru bila hal ini terus menjadi sebuah pemikiran dan tentu ini akan menjadi pola pikir yang menyesatkan dan memiriskan.

Tentu yang sangat dirugikan adalah pihak perempuan yang nantinya bisa saja pasangan dari perempuan ini meninggalkan dia, ketika ia juga mengetahui bahwa ternyata dirinya dan perempuan tersebut telah kebablasan. Bayangan dalam pacaran tentu akan dihiasi dengan banyaknya fatamorgana dan ilusi keindahan bahwa tentu ketika bersama dengan orang yang disayangi ada perasaan untuk selalu bersama dan merasakan bahwa dunia adalah milik berdua. 

Padahal, kisah cinta ketika kalian pacaran itu tidak akan mengilustrasikan apapun, ketika akhirnya kalian memutuskan untuk berumah tangga. Banyak sekali orang-orang yang terjebak dalam kekeliruan bahwa ketika mereka berpacaran artinya mereka jadi punya gambaran dan ilustrasi bagaimana watak dan sifat pasangannya itu. 

Padahal, itu tidaklah sama sekali menjadi gambaran, jadi sangat banyak yang pada akhirnya kaget dan tercengang ketika sudah memasuki dunia rumah tangga yang ternyata pasangannya jauh dari sosok yang indah di matanya ketika pacaran.

Secara personal saya melihat memang tidak bisa dipungkiri bahwa ketika laki-laki dan perempuan yang memutuskan untuk pacaran, tentu ingin selalu berdekatan dan bersama sepanjang waktu. Nah, tentu dari sana muncul gejolak-gejolak untuk melampiaskan hasrat sehingga berakhir pada hubungan seks yang secara konteks itu adalah pelanggaran karena belum adanya ikatan pernikahan.

Hal ini tentu sudah akan menjadi lingkaran setan yang membuat dua insan manusia yang menggampangkan hal ini terjadi tanpa berpikir panjang atau karena telah dibutakan dengan keindahan saat berhubungan maka pada akhirnya memang penyesalan terjadi di akhir.

Apalagi, bila memang sebenarnya dari pihak perempuan di kondisi ini telah menolak ajakan pasangannya (laki-laki) namun dari pihak laki-laki yang sudah merasa membiasakan hal tersebut dalam hubungan pacaran mereka ketika perempuan ini menolak ajakan hubungan seks itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun