Mohon tunggu...
Anggoro Abiyyu Ristio Cahyo
Anggoro Abiyyu Ristio Cahyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengamat

Follow our Ig: @anggoroabiyyu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Revitalisasi Empati: Jembatan Menuju Masyarakat yang Lebih Inklusif

6 Februari 2024   18:05 Diperbarui: 6 Februari 2024   18:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: @anggoroabiyyu

Arus perubahan yang cepat dan kompleks, sikap empati kini semakin relevan dan mendesak. Empati, kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, hal tersebut adalah kunci penting dalam membangun hubungan antarmanusia yang sehat dan masyarakat yang inklusif. Namun, di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern dan dominasi interaksi digital, nilai empati seringkali tergerus, menyisakan ruang bagi kesalahpahaman dan ketidakharmonisan.

Pentingnya revitalisasi empati di masyarakat modern dan bagaimana hal itu bisa menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan, memperkuat kebersamaan, dan menciptakan solidaritas sosial.

Perlu dipahami bahwa empati bukan sekadar perasaan kasihan atau simpati, melainkan pemahaman mendalam tentang pengalaman orang lain. Ini melibatkan proses aktif mendengarkan, observasi yang penuh perhatian, dan kemauan untuk memasuki zona nyaman orang lain. Dengan empati, seseorang mampu melihat dunia melalui mata orang lain, memahami perjuangan mereka, dan merespons dengan cara yang mendukung dan mengangkat.

Di era di mana perbedaan sering kali memicu konflik daripada kebersamaan, empati memegang peranan penting dalam menjembatani jurang pemisah tersebut. Dengan memupuk empati, individu dapat mengatasi prasangka, menghargai keragaman, dan berkolaborasi lebih efektif. Hal ini bukan hanya menguntungkan dalam konteks interpersonal, tetapi juga membawa dampak positif pada tingkat komunitas dan global, mendorong kebijakan yang lebih inklusif dan adil.

Namun, menumbuhkan empati bukanlah tugas yang mudah, terutama di tengah tantangan zaman yang sering kali menekankan individualisme dan persaingan. Pendidikan memegang peranan penting dalam hal ini. Kurikulum yang dirancang untuk mengintegrasikan pembelajaran emosional dan sosial, serta mengembangkan keterampilan komunikasi dan resolusi konflik, dapat membentuk dasar bagi pemahaman dan praktik empati sejak dini.

Teknologi dan media juga memiliki peran yang tidak bisa diabaikan. Meskipun sering dikritik sebagai pemicu dehumanisasi, jika digunakan dengan bijak, teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan kesadaran, membagikan cerita yang beragam, dan memfasilitasi dialog antarbudaya. Inisiatif-inisiatif seperti kampanye kesadaran sosial online, forum diskusi, dan platform berbagi cerita dapat membantu memperluas pemahaman dan praktek empati di kalangan masyarakat.

Revitalisasi empati adalah kebutuhan mendesak di masa kini. Ini bukan hanya tentang menciptakan masyarakat yang lebih damai dan harmonis, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan menginvestasikan waktu, sumber daya, dan perhatian pada pengembangan empati, kita dapat merajut kembali jalinan sosial yang tergerus dan membangun jembatan menuju masyarakat yang lebih pengertian, toleran, dan inklusif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun