Tentu saja, sebagian besar orang masih tetap menjalankan tradisi ini. Bermaaf-maafan tetap menjadi inti dari perayaan Lebaran di banyak keluarga, terutama bagi mereka yang merayakan Lebaran bersama keluarga besar di rumah. Namun, ada kalanya beberapa individu merasa bahwa Lebaran adalah waktu yang tepat untuk merenung dan melakukan refleksi diri, yang bisa didapatkan dengan menghabiskan waktu di alam bebas. Pendakian gunung menjadi cara baru untuk mencapai tujuan tersebut, sambil tetap mempertahankan esensi liburan yang penuh makna.
Sebagian orang yang memilih pendakian saat Lebaran bukan berarti mengabaikan keluarga atau bermaaf-maafan, melainkan mencari keseimbangan antara kewajiban sosial dan kebutuhan pribadi. Di balik pendakian, mereka mungkin mengingatkan diri mereka tentang pentingnya hubungan manusia dengan alam dan diri sendiri, sebuah proses penyembuhan yang juga penting dalam kehidupan.
Pendakian gunung selama libur Lebaran dapat menjadi cara yang baik untuk mencapai keseimbangan antara kewajiban sosial dan eksplorasi diri. Bagi mereka yang ingin tetap menjaga tradisi bermaaf-maafan, banyak jalur pendakian yang dapat dijangkau dalam waktu singkat. Dengan perencanaan yang baik, seseorang dapat menikmati pendakian singkat di pagi hari, lalu kembali ke rumah untuk merayakan kebersamaan bersama keluarga di sore harinya.
Bagi mereka yang memutuskan untuk sepenuhnya meninggalkan hiruk-pikuk liburan Lebaran dan memilih jalur pendakian sebagai tempat mereka untuk menemukan kedamaian, ini bisa menjadi cara untuk memperbaharui semangat hidup, mendapatkan perspektif baru, dan menambah kedalaman pengalaman spiritual mereka.
Pendakian gunung, dalam banyak hal, adalah perjalanan spiritual. Gunung, dengan segala tantangannya, mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Selama perjalanan pendakian, seseorang dipaksa untuk melawan rasa lelah, menghadapi ketakutan, dan mengatasi keterbatasan fisik. Hal ini membuat banyak orang merasa bahwa pendakian gunung adalah cara yang lebih relevan untuk merayakan Lebaran, terutama jika mereka ingin menghadirkan makna yang lebih dalam dalam hidup mereka.
Bagi sebagian orang, berada di puncak gunung setelah perjalanan yang penuh perjuangan bisa menjadi simbol kemenangan atas diri sendiri, sebuah refleksi atas pencapaian yang lebih besar, dan mungkin, sebuah kesempatan untuk merenungkan hubungan mereka dengan keluarga, teman, dan sesama. Puncak gunung bukan hanya menjadi tujuan fisik, tetapi juga tujuan spiritual yang mendalam.
Libur Lebaran memang identik dengan tradisi bermaaf-maafan, namun seiring berkembangnya tren, beberapa orang juga merayakannya dengan cara yang lebih personal, seperti mendaki gunung. Fenomena ini bukan berarti mengabaikan keluarga atau perayaan tradisional, melainkan lebih kepada kebutuhan akan keseimbangan dalam hidup dan pencarian kedamaian batin.
Liburan Lebaran pada akhirnya adalah tentang bagaimana seseorang memilih untuk mengisi waktu mereka, baik dengan berkumpul bersama keluarga atau menikmati keindahan alam. Kedua hal ini memiliki nilai yang mendalam, dan tak ada yang salah dengan keduanya. Yang terpenting adalah, bagaimana setiap individu merayakan Lebaran dengan cara yang membuatnya merasa lebih utuh, lebih damai, dan lebih dekat dengan tujuan hidup mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI