Mohon tunggu...
Sobar Harahap
Sobar Harahap Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kebenaran harus disampaikan

Love your story

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jogo Tonggo untuk Semua Orang, Anies Baswedan Tak Perlu Malu Meniru

3 Maret 2022   18:18 Diperbarui: 3 Maret 2022   19:07 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posko Jogo Tonggo di Temanggung, dokpri

Ini bermula pada suatu pagi ketika Samsul menemukan bungkusan berisi bahan makanan tergeletak di depan rumah. Rupanya temuan itu berlangsung terus menerus selama hampir dua minggu.

Kadang mie instan, beras, gula, susu, hingga biskuit. Pernah dia mendapati sekantong sayuran macam timun, lombok, dan kangkung. Bahkan pernah pula ia menjumpai dua porsi mie ayam.

Belakangan Samsul tahu makanan-makanan itu bukan turun dari langit, melainkan dikirim oleh tetangganya.

"Itu pengalaman yang nggak mungkin aku lupakan," kata Samsul, mengenang hari ketika ia dan istrinya menjalani isolasi.

Samsul terpapar covid pada pertengahan Juli 2021 dan harus mengurung diri di rumah kontrakannya. Saat itu varian delta sedang ganas-ganasnya menghantam negara ini, rumah sakit penuh, tabung oksigen langka, kematian pun meningkat drastis.

Di kampungnya di Peterongan Semarang, corong masjid nyaris tak pernah lesu menyiarkan berita lelayu setiap hari.


Samsul pun diliputi bayangan mengerikan, ia sering memikirkan jika tiba-tiba jantungnya berhenti berdenyut. Lebih-lebih rasa meriyang yang dirasakan sungguh aneh. Pagi hari fisiknya membaik namun saat menjelang malam badannya tiba-tiba ngedrop lagi.

Kondisi ini terus berulang selama hampir satu minggu. Vitamin yang dikirim oleh petugas kesehatan tak pernah telat ia konsumsi.

Berbeda dengan Samsul, kondisi fisik istrinya tampak lebih baik. Istrinya masih bisa beraktivitas, hanya saja indra penciumannya hilang dan itu perlahan-lahan membuat selera makan ikut lenyap.

Di tengah kondisi frustasi itulah, Samsul merasakan perhatian yang teramat melimpah dari tetangganya. Uluran tangan dan kepedulian mereka membuat ia semakin kuat, tak merasa sendiri, apalagi dikucilkan.

Bahkan, yang paling membuat ia terharu adalah ia bukan asli warga setempat. Ia hanya pendatang yang merantau dari Purbalingga, sedangkan istrinya dari Jepara. Namun ia tidak merasakan perlakuan yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun