Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan di Kebun Bunga

14 Oktober 2018   05:07 Diperbarui: 14 Oktober 2018   05:09 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu menutupnya kembali tanpa berkomentar. Dia tahu, apapun yang dikatakannya hanya akan membuat istrinya sinis. Begitulah wanita, selalu saling bersaing, iri hati, bahkan dengan wanita lain yang tidak dikenalnya.

Sebenarnya Jati lebih suka rumah itu ada penghuninya. Sebelumnya hanya rumah kosong dengan alang-alang setinggi manusia dewasa. Pohonnya besar-besar dengan buah-buahan yang penuh setiap tahun, tetapi tak ada yang pernah mengambilnya.

Konon rumah itu milik seorang penggede jaman Belanda. Ahli warisnya entah dimana. Namun hampir sebulan ini, rumah itu sudah dihuni oleh seorang perempuan yang telah mengubah padang alang-alang itu menjadi taman bunga.

Ketika pindah ke gang itu, Jati tak menyadari ada rumah kuno persis di depan rumahnya. Pagar batu bata itu sudah rusak, dan beberapa lempengan seng disandarkan di pagar, jadi rumah tua itu tidak terlihat dari jalan.

Alang-alangnya begitu rimbun, mungkin saja banyak ular yang bersarang di sana karena saking rimbunnya. Anak-anak kecil pun tak berani mendekat, dan mereka menyebutnya rumah hantu.

Setelah ada perempuan itu, rumah lebih hidup. Setidaknya ada lampu di malam hari dan tidak terkesan seram lagi. Bu Anna tinggal sendirian saja. Ratih dan Jati tak pernah melihat orang lain selain dia.


Rumah itu juga dicat putih dengan kusen-kusen coklat tua. Jati tak tahu pasti, kapan rumah itu dicat. Mungkin para tukang bekerja siang hari saat dia berada di kantor.

Di deretan jalan itu, hanya rumah kuno itu yang masih memiliki halaman luas dengan pepohonan yang rimbun. Letaknya memang di pinggiran kota, dan jalan di depannya hanya bisa dilalui satu mobil. Rumah-rumahnya di jalan itu sebagian besar sudah model baru, tak ada lagi bangunan lama.

Orang sekampung mempertanyakan perempuan itu. Tinggal di rumah tua sendirian, merupakan hal yang aneh bagi para tetangga. Dan dia nyaris tak pernah keluar rumah selain berada di kebunnya.

"Apa dia tidak takut ya?" tanya seorang tetangga pada Jati.

"Iyaa, aku saja ngeri," jawab Jati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun