Dakir duduk di kursi ruang tamu dengan wajah capek. Hari minggu yang cerah, matahari menyemarakkan daun-daun mangga di depan rumah. Tetapi Dakir harus bekerja.
Telepon berdering. Lulus memberikan telepon genggam itu kepada Dakir. Dan dengan enggan Dakir memencet tombol hijau bergambar telepon.
"Iyaa Mas Dim, nanti aku kirimkan uang," katanya sambil mengerdipkan mata pada Lulus, sekretarisnya.
Siapa lagi kalau bukan kakak sulungnya Adim yang bisanya minta uang. Tak peduli seperti apa kerja yang harus dilakoni oleh Dakir. Lulus sekretaris pribadinya sudah tahu, setelah ini dia harus menstranfer uang ke rekening kakaknya Dakir. Bukan hanya kakaknya, adik dan saudara yang lain juga sering minta uang.
"Ditransfer berapa, Pak?" tanya Lulus.
"Dua ratus ribu saja."
"Cukup," tanya Lulus.
"Anggap saja cukup, besok lusa juga akan minta lagi."
Lulus mengangguk memahami.
Dakir masuk ke kamar mandi dan menyalakan air hangat. Karena sudah tanda tangan kontrak dia harus jalan. Jujur paling malas syuting di hari minggu.