Saya berhusnudzon, sekarang para politisi sudah banyak belajar tips membaca cepat (speed reading), seperti yang dianjurkan para motivator pecinta buku. Misalnya nih, ada buku karya Kam Knight (2018) dengan judul bombastis Speed Reading: Learn to Read a 200+ Page Book in 1 Hour. Jika merujuk buku itu, maka 1000 halaman kurang sedikit  atau 1000 halaman lebih bukan perkara sulit. Was wos wes. Selesai.
Tapi, ya. Ada satu yang sering dilupakan, yaitu kemauan meningkatkan minat untuk membaca aspirasi publik, keinginan rakyat yang terpinggirkan, dalam bahasa Mas Lukman, membaca kehendak rakyat. Wah ini sih skill membaca level dewa. Skill yang perlu diasah adalah kemauan untuk mendengar jeritan rakyat. Rajin turun ke bawah, mendengar dan berdialog dengan rakyat.
Mas Ahmad Nashih Luthfi, Dosen dan Peneliti Agraria yang produktif dan kritis itu bilang di laman Facebooknya, "Publik juga sangat peduli dengan dorongan pertanyaan yang sama untuk meningkatkan literasi publik para pejabat, sudahkah Anda melihat, membaca, mendengar, dan memikirkan aspirasi kami?"
Mereka yang terhormat punya pekerjaan rumah penting, biar ga kalah sama para siswa dan mahasiswa yang sedang belajar dari rumah itu. Selain rajin-rajin membaca hati dan berdialog dengan  rakyat, mohon Bapak/Ibu juga harus sering mendengarkan lagu  Iwan Fals "di hati dan lidamu kami berharap, suara kami tolong dengar lalu sampaikan".
Jika tidak, Bapak/Ibu akan selalu salah baca keinginan rakyat. Padahal karena rakyatlah Bapak/Ibu bisa duduk di singgasana yang terhormat yang kadang bikin ngantuk itu.