6. Mendorong Peningkatan Kualitas Literasi Digital
C. Pandangan Tokoh Antropolog Muslim terkait Budaya Literasi di Era Digital
1. Abdurrahman Wahid (Gusdur)
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah salah satu tokoh antropolog Muslim Indonesia yang terkenal. Dalam pandangannya, literasi digital dan budaya digital tidak boleh dianggap sebagai suatu ancaman bagi kearifan lokal dan budaya. Dalam salah satu pidatonya, Gus Dur menyatakan bahwa "non-digital juga merupakan musuh kita karena dalam pasar global tidak ada lagi ruang absolut atau kelompok yang terpencil dari era teknologi informasi. Segala sesuatu yang berasal dari daerah akhirnya menjadi digital dan segala sesuatu yang digital telah mewakili segala sesuatu termasuk budaya kita" (Wahid, 2009).
2. Fazlur Rahman
Fazlur Rahman adalah seorang tokoh antropolog Muslim asal Pakistan. Dalam pandangannya, literasi digital harus diatur dengan benar agar tidak merusak nilai budaya yang ada. Rahman menyatakan bahwa, "Budaya globalisasi mendorong masyarakat untuk mengadopsi nilai-nilai yang umum dan universal, tetapi juga penting bahwa nilai-nilai budaya asli dipertahankan untuk menyeimbangkan dan memberikan keragaman dalam budaya" (Rahman, 1989).
Referensi
Dalam era digital ini, budaya literasi menjadi sangat penting. Antropolog muslim memainkan peran penting dalam memantapkan budaya literasi di masyarakat. Melalui kegiatan seperti penelitian, penyediaan akses, pembangunan infrastruktur, mendorong peningkatan kualitas, dan pelatihan, antropolog muslim dapat membantu meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
Abdullah, A. (2016). Literasi Informasi: Konsep, Indikator, dan Praktik. Informasi, 46(3), 364-374.