Mohon tunggu...
Anggaraksa Arismunandar
Anggaraksa Arismunandar Mohon Tunggu... -

Seorang penggemar berat olahraga.. Mencoba untuk meluangkan waktu diantara pekerjaan dan keluarga untuk menulis topik yang sangat digemari.. Berharap dapat meramaikan diskusi seputar dunia olahraga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ali: Inspirasi dari Dalam dan Luar Ring

6 Juni 2016   12:05 Diperbarui: 6 Juni 2016   13:02 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah mencatat bahwa dominasi Ali di ring tinju ini kemudian terhenti karena penolakannya untuk mengikuti wajib militer dalam Perang Vietnam. Seorang Ali menolak untuk memerangi dan membunuh manusia di belahan dunia lain sementara saat itu kaum kulit hitam di Amerika masih diperlakukan layaknya budak. Karier tinjunya pun tertunda di usia 25 tahun dan baru dilanjutkan hampir 4 tahun kemudian. 

Tentu kita mengetahui bahwa bagi seorang atlet, usia tersebut seharusnya merupakan puncak karier mereka. Sebagai penggemar tinju, penulis sering berandai-andai apa jadinya jika karier Ali tidak tertunda di usia matangnya. Mungkin julukan the greatest of all time pun tidak cukup untuk menggambarkan kehebatannya di atas ring. Tetapi pada akhirnya kita pun akan mengingat bahwa keputusan Ali untuk terus berpegang pada pendiriannya ini akan membuatnya menjadi sosok yang sangat dihormati dan dikagumi di seluruh belahan dunia.

Trilogi Melawan “Smokin” Joe Frazier

Tak lama setelah larangan tinjunya dicabut, Ali pada akhirnya akan menghadapi seorang petinju legendaris yang kelak akan menjadi rival terberatnya, Joe Frazier. Kembali berstatus sebagai penantang, Ali menjalani pertarungan keras (kala itu perebutan gelar juara masih dijadwalkan selama 15 ronde) dan mengalami kekalahan pertamanya dalam pertandingan yang selamanya akan dikenang sebagai “fight of the century”. Ini merupakan pertemuan pertama bagi kedua petinju. Kelak, Ali akan membalas kekalahan ini dengan mengalahkan Frazier pada 2 pertemuan berikutnya. 

Rivalitas keduanya ini banyak menghasilkan momen jenaka dari seorang Muhammad Ali. Di berbagai wawancara sang legenda meluncurkan komentar-komentar pedas kepada Frazier. Sebuah taktik yang sangat brilian untuk memenangkan pertarungan psikologis sebelum naik ke ring. Di kemudian hari, banyak petarung yang akan mencoba meniru gaya blak-blakan Ali ini. 

Rivalitas kedua petinju mencapai puncaknya pada pertemuan ketiga di Filipina yang diberi judul “The Thrilla in Manila”. Ali seolah memperkokoh kehebatannya di atas ring tinju setelah Joe Frazier tidak mampu untuk melanjutkan ronde terakhir pertarungan ini.

"Rumble in the Jungle"

Jika ada satu pertarungan Muhammad Ali yang menjadi favorit penulis, itu adalah pertarungannya dengan George Foreman di Zaire-Afrika. Dengan judul "Rumble in the jungle", pertandingan ini sungguh menunjukkan kejeniusan seorang Ali di atas ring yang tidak hanya mengandalkan pukulan tangan, tapi juga strategi bertarung yang matang. Ali yang biasanya bertarung dengan gaya lincah seperti menari di ring, kali ini ia memilih untuk bergelantungan di sekitar ring sambil "memakan" pukulan dari Foreman (yang merupakan salah satu petinju dengan pukulan terkuat sepanjang masa). 

Mayoritas orang saat itu tidak hanya meragukan bahwa Ali memiliki peluang untuk menang, tapi bahkan sampai mengkhawatirkan keselamatan jiwa sang legenda. Tidak ada yang mengira bahwa ini merupakan sebuah taktik brilian untuk menguras tenaga seorang George Foreman. Di ronde kedelapan, Foreman yang jelas sudah terlihat kelelahan akhirnya roboh setelah menerima pukulan Ali. Di luar ring, pertandingan ini juga menunjukkan bahwa betapa popularitas Ali sudah sangat mendunia. 

Ali yang dianggap sebagai pahlawan kulit hitam selalu mendapatkan sambutan yang meriah selama berada di Afrika. Teriakan-teriakan khas ‘Ali, Bo maye!” menggema di seluruh pelosok Zaire. Fakta ini sangat berbeda dengan apa yang dialami kubu George Foreman, yang meskipun juga sama-sama berkulit hitam, tapi mendapat sambutan yang dingin dari masyarakat Afrika. Ini menunjukkan bahwa Ali bukan saja menjadi seorang pahlawan, tapi juga telah menjadi simbol kultur budaya.

Akhir Karier

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun