"Masyarakat modern hari ini, semuanya masyarakat kapitalisme," ucap dosen filsafat komunikasi penulis di kelas. Bagi orang yang pernah mencicipi rasanya berkuliah, pasti pernah mendengar kata "Kapitalisme". Kapitalisme pertama kali diajarkan biasanya dari sejarah peradaban manusia. Awalnya kapitalisme lahir dari etos kerja Protestan. Golongan yang merasa keberhasilan duniawi koheren dengan akhirat. Keajaiban Tuhan sudah ada dari awal, untuk menjemput dan merasa mendapatkan keajaiban-Nya, golongan Protestan, khususnya Calvinis memiliki 3 tanda; kerja keras, disiplin, dan hidup hemat.
John Calvin, seorang reformator Protestan percaya bahwa kerja keras memiliki nilai yang sama dengan ibadah. Hidup hemat sama dengan menjauhi kemewahan. Disiplin dan saleh memiliki nilai yang seragam. Itu nilai-nilai yang mereka percaya dan membangun suatu kebiasaan produktif, hemat, dan tertib. Orang-orang Protestan tidak suka menghamburkan uang. Mereka menyimpan uang mereka untuk diinvestasikan, maka terjadilah akumulasi modal. Siapa yang memiliki modal, ia punya kuasa: itu efek samping kapitalisme dari sisi ekonomi dan sosial.
Modal, dalam bahasa inggris adalah Capital. Mengapa modal sangat penting? Karena dengan modal (uang) kita bisa mempekerjakan orang untuk membuat roti. Kita bisa membeli bahan dan alat pembuat roti. Jumlah modal mempengaruhi hasil produksi roti. Jika roti diproduksi dan mencukupi kebutuhan masyarakat setempat dalam waktu yang lama; bisa dipastikan roti akan menjadi makanan pokok. Makanan yang selalu dibeli. Ketika roti hanya diproduksi oleh 1 orang; orang tersebut berhak memonopoli harga roti sesukanya; sebab tidak ada saingan. Sang pemilik roti bebas menaikan harga seenaknya demi mendapatkan untung sebesar-besarnya.
Salah satu keuntungan mengatur nilai produk dengan bebas adalah keuntungan. Dan, tujuan utama kapitalisme itu mencari profit (keuntungan); tidak ada yang lain. Modal digunakan untuk menghasilkan uang, yang nantinya bisa kembali menjadi modal. Semakin besar modal, semakin banyak uang yang bisa didapatkan. Itu kurang lebih pemahaman awal mengenai kapitalisme.
Selain modal, kata kunci dari kapitalisme adalah kepemilikan pribadi. dalam suatu desa jaman dulu, pasti hanya segelintir orang yang memiliki modal besar: Biasanya bangsawan. Karena bangsawan memiliki uang yang banyak, maka keberhasilan ekonomi suatu desa, tergantung pada keputusan ekonomis bangsawan tersebut. Uang tersebut dipergunakan untuk membeli alat produksi dan pendukungnya. Yang berjaya secara finansial hanya si bangsawan tersebut. Selama ia memiliki modal, maka hidupnya ada di batas aman.
Penyebab mengapa dunia berubah begitu cepat dari tahun 1800-2000 adalah karena kapitalisme. Penulis menyarankan kita untuk berterimakasih pada sistem kapitalisme. Lalu untuk apa esai ini dibuat jika kita hanya fokus pada tone-positif kapitalisme. Pada umumnya semua hal punya sisi baik dan buruk, esai ini akan fokus pada dampak kapitalisme yang bisa dibilang cukup destruktif, mencengangkan, dan membuat kita ingin mengganti atau menghapus sistem ekonomi ini.
Kapitalisme dalam konsepnya, memiliki 10 kata kunci. Diantaranya sudah disebut di atas: modal, akumulasi modal, keuntungan dan kepemilikan pribadi. Masih ada 6 lagi, yaitu: pasar bebas, persaingan, upah buruh, inovasi-efisiensi, konsumerisme, dan ketimpangan ekonomi.
Sedikit menambahkan wawasan filsafat sosial: paradigma-paradigma yang diciptakan dan beredar di dunia, secara garis besar memiliki dua ciri; melonggarkan sistem sosial, dan menguatkannya. Kapitalisme adalah salah satu paradigma ekonomi yang memiliki ciri pertama. Mengapa? Karena kapitalisme bisa hidup lebih lama bila tanpa campur tangan pemerintah, dalam harga barang atau jasa. Apabila harga dipengaruhi oleh pemerintah, hasil yang sudah diupayakan oleh para pengusaha ini, mengalami hambatan. Semisal harga roti 20.000, rakyat tidak mampu membeli, akhirnya pemerintah turun tangan dengan mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis dari balik layar guna menurunkan nilai harga roti.
Jelas pengusaha tidak senang, mereka sudah mengkalkulasi biaya produksi, sewa, transportasi, namun tidak dapat mengontrol harga barang sesuka hati. Jelas menyulitkan pengusaha. Tetapi, disisi lain, pengusaha sama sekali tidak memikirkan apakah rakyat mampu membeli roti itu; mereka hanya berpikir "Bagaimana roti saya terjual, saya tetap untung". menarik kembali ke intermezzo, bahwa nilai kapitalisme bukan sosial, melainkan individual. Paradigma (pemikiran) ini sesungguhnya tidak salah; juga tidak benar kalau semua orang mengadopsinya.
Kalau landasan berpikir manusia adalah "individu" lalu siapa yang berpikir untuk orang lain (sosial). Itu dampak kapitalisme dari pasar bebas. Dampak ini akan bergulir ke persaingan. Pengusaha sadar, mereka tidak bisa selamanya ada di bawah bayang-bayang pemerintah. Mereka harus berdikari: berdiri di kaki sendiri. Apa yang mereka lakukan? Biasanya hal yang mereka lakukan adalah berpartisipasi mendukung calon pejabat di masa pemilu dan pilkada. Asumsinya "Kalau saya membantu paslon ini berhasil naik ke jabatannya, maka saya akan dibantu lewat kebijakan yang menguntungkan saya". Praktik ini bukan sekali dua kali dalam sejarah, sudah dilakukan berulang kali.
Pengusaha sudah menang dari segi kebijakan. Bagaimana kita bisa mengimbangi mereka dalam skema kapitalisme? Melakukan persaingan. Karena sudah ada kebijakan yang menguntungkan satu sektor, kita bisa masuk ke sana, menyelinap dan mengais-ngais sisa keuntungan. Pertanyaannya adalah "Bagaimana nasib orang yang tidak bisa bersaing" jawaban realistisnya mereka berpeluang menjadi roda para pengusaha untuk memperbanyak untung dan modal.