Mohon tunggu...
Angga Neza Prima
Angga Neza Prima Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

MEA Semakin Mengancam

28 November 2014   04:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:39 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Disetujuinya konsep Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) pada masa pemerintahan presiden Susilo Babang Yudhoyono  tidak lagi dapat dijadikan kontradiksiyang layak diperdebatkan, mengingat tahun pengaplikasiannya yang semakin dekat. Yang mana sebenarnya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) sendiri sebenarnya bukan cita-cita kosong yang tidak dipersiapkan. Perencanaan MEA sudah terjadi sejak masa pemerintahan presiden Soeharto, namun seperti yang terlihat beberapa Negara dapat berkembang dengan cepat dan beberapa lainnya lebih lambat.

Meskipun bukan satu-satunya, keterlambatan perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia merupakan hal yang patut dianggap sebagai masalah yang memprihatinkan. Melihat kondisi industrial Indonesia yang kebanyakan hanya setingkat usaha masyarakat (produksi rumahan) yang masih jauh dari teknologi milik Negara-negara pemilik industri komersial yang canggih, contohnya Singapura.

Yang kini jadi permasalahan adalah seberapa jauhkah persiapan yang diadakan Negara untuk kesejahteraan pada lahan produksi masyarakat. Pembangunan terstruktur belum dapat dijadikan acuan keberhasilan  untuk menduduki lahan perdagangan Asia. Masalah utamanya justru bentuk produksi masyarakat yang masih berupa sekte sekte kecil (produksi rumahan) dan masih jauh dari standar perusahaan internasional. Hal ini dibuktikan dengan persentasi jumlah ekspor produksi rumahan-lah yang banyak dinikmati dinegara Negara Asia lainnya. Dapat langsung dilihat dari hasil produksi kerajinan tangan Indonesia-lah yang lebih banyak tersebar diNegara-negara lain, bukannya produksi kebutuhan pokok seperti kendaraan atau semacamnya.

Kecilnya minat konsumen pada produk-produk perusahaan Indonesia, bahkan dinegara sendiri, seakan menumbuhkan rasa optimis dari pesaing yang akan hadir dalam beberpa tahun mendatang untuk mendirikan lapangan-lapangan kerja mereka di Indonesia. Hal ini pastinya menimbulkan pengaruh yang sangat buruk, mengingat Indonesia memiliki wilayah teritori yang luas dengan jumlah penduduk yang juga tinggi. Hal ini diakibatkan pola pikir masyarakat Indonesia yang lebih menjuru kepada perilaku konsumtif, sehingga pastinya menjadi peluang utama bagi perdagangan internasional Asia.

Usaha nyata pemerintah yang belum jelas terlihat pada kalangan masyarakat yang akan dijadikan fokus Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas SDM yang baik juga pastinya akan lebih menjamin berjalannya industri produksi dengan kualitas yang lebih diminati Negara lain. Pengadaan pelatihan ketenagakerjaan yang belum merata menjadikan  kualitas ketenaagaakerjaan menjadi hal yang masih diragukan hingga saat ini. Urungnya kinerja pelaku kewajiban masih dikeluhkan berbagai pihak masyarakat, meski telah tertata peraturan mmengenai hal tersebut. Hal tersebut masih terus menjadi kendala, sementara tahun berjalannya kinerja sudah didepan mata.

Yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia saat ini tinggal merancang usaha industri dengan kualitas yang dapat diterima masyarakat internasional, dan pastinya merupakan suatu inovasi baru agar dapat lebih diunggulkan dari produk-produk lainnya. Selain itu keterkaitan pemerintahan baru juga diutamakan, bukan hanya dalam melaksanakan pembangunan secara merata, namun juga mengorganisir ketenaga kerjaan dan terutama alat-alat produksi di Indonesia agar dapat menghasilkan produk yang lebih baik dalam hal kuantitatif maupun kualitatif. Dan yang terakhir adalah, mengolah pengaplikasian media sehingga dapat lebih menonjolkan produk pribumi dikalangan asia dan mempengaruhi pola fikir masyarakat Indonesia yang pada dominan lebih konsumtif.


Dari uraian permasalahan tersebut telah ditentukan beberapa strategi yang cukup efektif seperti persiapan dalam tingkat sektoral yaitu disiapkannya dua belas sektor sebagai sektor yang akan diliberalisasikan. Namun diberadakannya sektor-sektor ini sebenarnya juga menambah unsur negatif yakni dalam waktu yang sangat singkat, liberalisasi ini harus terus dikomunikasikan pada dua belas sektor terkait, agar mereka dan masyarakat sekitar dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas dari hasil kerjanya.

Selain itu strategi lain seperti pengamanan kepada produk-produk didalam negri juga harus terus dilaksanakan. Upaya untuk mengglobalkan produk pasar industri Indonesia pastinya harus dimulai dari masyarakat Indonesia sendiri. Upaya-upaya seperti gerakan Aku Cinta Indonesia (ACI) berupa kampanye bertemakan “Nation Branding”  harus terus dilaksanakan. Tentunya upaya ini dapat memperoleh minat yang lebih luas apabila pasar terus memunculkan inovasi-inovasi baru, yang mencakup kebutuhan masyarakat Indonesia.

Beberapa strategi kini dapat dinilai gagal bahkan sebelum sepenuhnya terlaksana. Hal ini dikararenakan lambatnya kinerja pemerintah dalam melaksanakan strategi-strategi yang telah mereka tentukan salah satunya adalah penguatan daya saing global, mengingat tahun pelaksanaan MEA sudah didepan mata. Penguatan ekspor terlaksana dengan baik namun tetap saja belum mencakup keseluruhan agenda pemerintahan untuk mengglobalkan produk pasar Indonesia. Yang mana pada hal ini produk ekspor Indonesia masih berupa produk-produk buatan rumahan, dan belum dapat menyaingi produk luar negri lain yang telah menggunakan teknologi yang lebih canggih.(oleh: Angga Neza Prima - Mahasiswa Ilmu Komunikasi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun