Malam itu, layar televisi di rumahku menyala. Di balik layar, tampak sosok Prabowo Subianto berdiri di podium PBB, tegak, gagah, namun sarat beban di wajahnya. Ruangan besar itu hening. Para pemimpin dunia menatap.
Lalu suara itu terdengar dalam, bulat, dan tegas.
Bukan suara seorang pejabat biasa. Itu suara seorang pemimpin bangsa yang sedang menumpahkan isi hatinya.
"Kita harus mengakui Palestina sekarang. Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza."(Prabowo Subianto, KTT Palestina di PBB, 23 September 2025 -- Detik.com)
Aku terdiam. Kata-kata itu seperti menggetarkan dada. Seakan-akan di balik podium itu, bukan hanya Prabowo yang berbicara, tetapi seluruh nurani bangsa.
Darah dan Air Mata Gaza
Di Gaza, anak-anak kehilangan masa kecilnya. Suara bom lebih akrab daripada suara lonceng sekolah. Ibu-ibu menangis di atas tanah yang basah oleh darah. Dunia telah lama menonton, seolah penderitaan itu hanya berita yang lewat di layar ponsel.
Prabowo menyebut ribuan nyawa telah hilang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, dan dunia tidak boleh tinggal diam. Ia bicara tentang solusi dua negara, ia bicara tentang pengakuan Palestina, ia bicara tentang jalan damai yang adil.
Dan yang paling menggugah, ia berkata:
"Kami siap mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Indonesia siap menyediakan pasukan penjaga perdamaian."Â (Sumber: Detik.com)