Mohon tunggu...
Angetrisha Merici
Angetrisha Merici Mohon Tunggu... Lainnya - Selamat berpetualang!

Ad astra per aspera

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

AADTM, Ada Apa dengan Teras Malioboro?

12 Juni 2022   20:57 Diperbarui: 14 Juni 2022   12:30 1902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pejalan kaki menikmati suasana di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (12/5/2022). Penataan pedagang kaki lima Malioboro berdampak pada peningkatan kenyamanan pejalan kaki di kawasan wisata itu. (Foto: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Padahal bila ditelusuri lebih lanjut, relokasi dan transformasi status PKL (ilegal ke legal) secepatnya akan mendorong keuntungan dan memberikan dampak baik secara signifikan. 

Tak berhenti sampai di situ saja, posisi gedung yang tidak memiliki lahan parkir juga menjadi kendala tersendiri, terlebih ketika turun hujan. Tidak hanya berdampak bagi pedagang di Teras Malioboro, tetapi juga bagi para calon pengunjung ataupun wisatawan.  

Terlebih, akses menuju Teras Malioboro adalah ruang terbuka, di mana kendaraan tidak diperbolehkan untuk masuk. Namun, menurut pengakuan Bu Rina selaku pedagang sekaligus anggota paguyuban pemalni, proses adaptasi yang cukup sulit tetap terasa dominan baginya, khususnya aspek penghasilan. 

Perbedaan omzet tersebut sangat dirasakan bila dibandingkan ketika berjualan di lorong Jalan Malioboro. Perbedaannya sangat jauh, bahkan tidak ada setengahnya. 

Sementara itu, saya juga berkesempatan untuk berbincang bersama Pak Mujono, wakil ketua Paguyuban Pemalni terkait harapan dan doa bagi Teras Malioboro. Baginya, branding oleh pemerintah harus selalu digencarkan untuk memperkenalkannya kepada calon wisatawan Yogyakarta. 

Hingga saat ini, saya terus berharap dan mendukung adanya digitalisasi Teras Malioboro dalam bentuk aplikasi digital yang dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja. 

Mirip dengan konsep e-commerce lainnya, namun aplikasi Teras Malioboro harus diusung dengan kearifan lokal khas Yogyakarta dan kemudahan untuk mengakses barang ataupun makanan secara online dan sesuai harga yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Pengunjung juga diperbolehkan untuk mengakses seluruh bagian lapak di Teras Malioboro secara virtual. 

Dengan kata lain, pengunjung juga dapat merasakan berbelanja online dengan rasa yang nyata, Menurut saya, ini adalah salah satu cara untuk mengurangi adanya kemungkinan pengunjung yang datang dan mengeksplorasi lantai 1 Teras Malioboro saja, tanpa menginjak lantai 2.

Harapannya, aktivitas online semacam ini akan memudahkan bagi para pedagang dan pengunjung, baik dari segi keefektivan dan kesejahteraan, tanpa harus kehilangan rasa berbelanja secara nyata. 

Hal ini terbukti oleh adanya konsentrasi pemerintah dan seluruh stakeholder terkait akan terus mengkaji dan menemukan solusi terbaik bagi kepentingan bersama secara optimal. 

Sumber: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun