Dunia bisnis lekat sekali dengan kaum adam. Namun setelah muncul fenomena dimana istri mulai bekerja di tahun 1980an mulai banyak kaum hawa yang ikut andil dalam perkembangan dunia bisnis hingga saat ini.Â
Data statistik BPS selalu menunjukan kenaikan jumlah perempuan bekerja yaitu rata-rata naik 2.5% tiap tahunnya. Hingga tahun 2018, hampir 80% perempuan di Indonesia bekerja dan terlibat dalam dunia bisnis. Fenomena seperti ini dirasa sangat bagus mengingat hal ini membuktikan bahwa hak perempuan dalam berekonomi yang semakin luas telah diakomodir.
Baca Juga:Â Ibu Rumah Tangga Sukses Jadi Pengusaha
Walaupun begitu, ternyata jumlah perempuan bekerja tidak serta merta menjamin mereka memiliki jabatan tinggi dalam pekerjaan tersebut.Â
Rata-rata jabatan yang dimiliki oleh perempuan tidak terlepas dari jabatan formal di middle atau bahkan lower management.Â
Kebanyakan pekerja perempuan diberikan jabatan berdasarkan gender stereotipe seperti menjadi sekretaris, kerja di bagian keadministrasian dan marketing. Masih sedikit sekali jumlah perempuan yang bisa memasuki top management.
Data dari Catalyst pada tahun 2018 menyebutkan bahwa 75% bisnis memiliki paling tidak 1 perempuan yang bekerja di sektor senior (top) management. Dalam kata lain, ada sebanyak 25% bisnis dimana perempuan tidak menjabat dalam top management seperti menjadi CEO, Direktur ataupun Manajer.
Jaman semakin berkembang, banyak orang mengklaim diri mereka semakin open-minded dan memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang baik. Namun data masih menunjukan tingginya pengaruh gender stereotipe dalam dunia kerja khususnya bagi perempuan.Â
Apakah kita masih memerlukan affirmative action untuk perempuan tidak hanya dalam bidang pendidikan dan politik namun juga dalam bidang ekonomi? Atau apakah kita memerlukan pendidikan yang benar mengenai gender in the workforce?
Lanjut Baca:Â Linda Afriani: Tips Menjaga Bisnis