Mohon tunggu...
Angeline Harjono
Angeline Harjono Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Universitas Sanata Dharma

An English Literature student. Aspires to be a content writer or author in the future...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen 01 Edisi #DiRumahAja: Kesepian Warna Merah Gelap

8 April 2020   19:36 Diperbarui: 8 April 2020   19:29 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampa. Semua hampa. Tidak ada apapun di sekitarku.

Aku terus melihat sekeliling, berharap dapat menemukan sesuatu atau baiknya seseorang. Aku melihat ke bawah. Tampak kaki telanjangku dengan jelas. 

Perlahan-lahan aku angkat kedua tanganku. Tangan kurus dan kecil yang sama. Mataku menatap ke tubuhku. Aku sedang memakai pakaian yang biasanya dipakai oleh pasien rumah sakit. Pakaiannya terdiri dari dua bagian; bawahannya terpisah dari atasannya. Mereka juga hampa seperti tempat dimana aku sekarang berada.

Tanganku perlahan-lahan bergerak ke atas. Aku merasakan wajahku. Terasa agak dingin. Aku dapat merasakan pipiku yang mungil. Lalu tanganku bergerak sekali lagi ke atas. Aku memegang rambutku. Mereka terasa agak kering tetapi masih lembut saat disentuh. 

Mulutku perlahan-lahan bergerak. Aku berharap dapat berteriak agar siapapun dapat mendengar. Tetapi saat aku membuka mulutku, tak ada yang keluar.  Bahkan suara pekikan pun tidak terdengar.

Aku mulai merasa frustasi. Aku tidak dapat berbicara. Aku tidak tahu aku berada dimana. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Air mata penuh frustasi mulai muncul di permukaan mata. 

Aku tidak dapat menopang tubuhku. Seketika aku tersungkur ke bawah dengan kepalaku di antara lutut. Aku berusaha keras untuk mengingat, tetapi tidak ada ide yang muncul. Aku sama sekali tidak tahu mengapa dan bagaimana aku bisa di sini.

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan . Kepalaku langsung mendongak dari lutut. Aku melihat sesosok bayangan. Tampaknya manusia juga seperti aku. Tetapi aku tidak dapat melihat dengan jelas. Kemudian, mereka berteriak lagi. Aku melihat sekelilingku sekali lagi untuk memastikan apakah ada orang selain diriku. 

Tidak ada. Aku satu-satunya orang yang berada di tempat hampa ini. Orang itu berteriak lagi, dan ia melambaikan tangannya kali ini. Perlahan-lahan aku berdiri. Aku sangat tertarik untuk melihat wajah sosok itu. Kakiku mulai bergerak dengan sendirinya. 

Awalnya langkahnya cukup pelan. Kemudian, mereka mulai menapak lebih kencang. Dalam sekejap, aku berlari maraton menuju orang itu. Ia mulai berteriak lagi dan melambai dengan girang. Aku tidak tahu ia siapa. Aku pun tidak mengerti situasi ini. Tetapi aku tidak peduli selama sosok di tengah kehampaan ini adalah manusia juga. 

Aku tetap berlari secepat kakiku dapat menapak. Akhirnya, aku dapat mulai melihat sosok tersebut dengan jelas. Sudah pasti sosok itu adalah seorang pria jika dilihat dari tubuhnya yang tinggi dan pundaknya yang lebar. Hal selanjutnya yang aku tangkap adalah pakaian dia bernuansa cokelat. Semuanya berwarna cokelat dari atas hingga bawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun