Kampus President University (PresUniv) yang dikenal sebagai salah satu kampus dengan biaya semester di atas rata-rata di Indonesia sering menjadi penyebab munculnya beberapa pandangan dan komentar miring mengenai apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa President University sehari-harinya. Hal ini ditunjukkan dari munculnya video viral yang menyebutkan President University adalah universitas termahal di Indonesia.Â
Di Program Studi Ilmu Komunikasi terutama, kegiatan belajar mengajar sering dianggap remeh karena stigma yang dimiliki oleh Ilmu Komunikasi adalah "mudah" dan hanya perlu berkomunikasi. Lalu, kenapa mahasiswa Ilkom PresUniv mau disuruh bayar mahal hanya untuk kuliah di jurusan Komunikasi?
Dosen gaul? Checked!
Kualitas tenaga pengajar pastinya sebanding dengan harga yang kita bayarkan. Berdasarkan Amelia Nur Fauziah, salah satu mahasiswa di Ilkom PresUniv, dosen-dosen tidak ragu untuk mengerjakan proyek langsung bersama mahasiswanya 24/7. Diskusi dan sks kelas yang dilakukan online melalui Whatsapp hingga dini hari sudah biasa. Mahasiswa Ilkom PresUniv didorong untuk bekerja produktif secara mandiri dan dosen-dosen menciptakan lingkungan belajar yang dinamis tanpa gap untuk mendukung semangat mereka. No closed door policy, we are all PR practitioners for Communication Studies!
Komunikasi next level? Checked!
Seorang dosen pernah mengatakan bahwa memang berkomunikasi merupakan kegiatan yang lumrah dilakukan setiap harinya. Namun, banyak yang tidak tahu bahwa berkomunikasi sebenarnya lebih daripada ngobrol. Belajar komunikasi berarti bersedia untuk dilatih bagaimana membawa komunikasi ke level selanjutnya, membentuk persepsi orang untuk menggiring mereka untuk melakukan sesuai dengan keinginan praktisi. Terdengar biasa saja, tapi, dijamin ini tidak semudah yang masyarakat kira.
Â
Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Mengapresiasi Event Pertama Mahasiswa Ilkom 2017
Event organizing? Checked!
Satu hal yang orang-orang tidak tahu adalah ketika baru memulai semester satu, semua mahasiswa Ilkom PresUniv langsung dihibahi suatu event yang harus dirancang dari nol dan dieksekusi secara besar-besaran. Pada akhirnya, kegiatan seperti merancang suatu acara, menarik perhatian publik, menggaet partisipan, menciptakan alur informasi yang efektif melalui media sosial, dan menyelenggarakan acara dengan budget yang harus ditekan serendah mungkin kemudian menjadi suatu tradisi tugas mahasiswa Ilkom PresUniv tiap tahun.
Menghasut, eh, mempersuasi publik? Checked!
Praktisi Komunikasi harus bisa mengarahkan perspektif publik dan melakukan persuasi secara terselubung dengan cara menanamkan suatu persepsi yang sudah kita kontrol. Meningkatkan kesadaran publik dan menggiring mereka untuk mencapai target yang diinginkan merupakan suatu skill yang wajib dimiliki oleh seorang praktisi Komunikasi.
Menulis? Checked!
Menulis juga merupakan salah satu keahlian utama yang harus dikuasai dalam Ilmu Komunikasi. Menulis bukanlah hal yang mudah. Penataan kata, tata bahasa, dan yang paling penting, pengemasan akhir suatu karya tulis agar mudah dipahami oleh target pembaca adalah segelintir dari sekian banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menulis.Â
Untungnya tiap proyek dan tugas dirancang sedemikian rupa oleh dosen-dosen Ilkom PresUniv yang sudah pernah bekerja di bidang Public Relations untuk menantang kemampuan menulis, mulai dari jurnal ilmiah, laporan akhir, laporan penelitian, hingga artikel blog dan caption media sosial. Semuanya dibuat dengan cakupan internasional karena PresUniv sendiri adalah kampus berstandar internasional. Pergaulan internasional merangsang kemampuan interpersonal mahasiswa Ilkom  karena perbedaan latar belakang mahasiswa lokal dan mahasiswa asing.
Mahasiswa Ilkom yang berkuliah di mana pun pasti setuju skill-skill di atas tidak bisa dipelajari di luar jurusan Ilmu Komunikasi. Digembleng menggunakan tugas-tugas menantang yang di luar ekspektasi dan deadline yang gila-gilaan mendorong mahasiswa Ilkom PresUniv untuk memiliki kualitas yang tidak abal-abal. Skill yang didapat merupakan hasil dari sebuah kerja keras yang ditempa, bukan semata-mata bakat dari lahir.
Penulis: Angel Gracia
Editor: Catleya Ayundasari
Fotografer: Mikhail Kirtan, PRTF Documentary Team
