Mohon tunggu...
Angela Gina
Angela Gina Mohon Tunggu... Lainnya - Comm '18

Enjoy my writing! Appreciate any feedback.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Konstruksi Gender pada "Love For Sale 1" dan "Love For Sale 2"

14 Desember 2020   02:30 Diperbarui: 14 Desember 2020   19:41 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Love For Sale 1 dan Love For Sale 2 (dok. Love for Sale)

Film garapan Andi Bachtiar Yusuf sangat berbeda dengan film Indonesia kebanyakan. Film Love For Sale 1 dan Love For Sale 2 mampu menghadirkan film komedi-drama yang fresh.

Pada tulisan kali ini, bukan hanya satu film yang akan diulas, melainkan perbandingan antara kedua film, yaitu Love For Sale 1 (2018) dan Love For Sale 2 (2019). Dari segi cerita, kedua film ini sedikit berbeda, namun terdapat satu tokoh kunci yang sama, yaitu Arini. Kedua film ini berfokus menampilkan cerita cinta orang dewasa yang dekat dengan keseharian. 

Film Love For Sale 1 menggambarkan Richard yang masih sendiri di usianya yang sudah menginjak kepala empat. Sosok Richard yang nyaman dengan dunianya dan tidak peduli dengan orang lain berubah semenjak Arini datang di kehidupannya. Seorang Arini mampu mengubah Richard menjadi pribadi yang lebih baik dan peduli terhadap para pegawainya.

Sedangkan pada film Love For Sale 2, Ican adalah tipe playboy yang sudah disuruh untuk segera menikah. Banyak perempuan yang masuk ke kosnya, namun tidak ada yang masuk ke rumah ibunya. Perempuan yang akan Ican bawa harus perempuan yang bisa memenuhi kriteria ibunya, yang terpenting adalah orang Padang.

Tentunya seorang ibu juga menginginkan calon mantunya baik dari bibit, bebet, dan bobotnya. Arini muncul kembali sebagai Arini Chaniago yang dapat membuat ibunya jatuh hati. Film ini sangat dekat dengan kehidupan orang Indonesia, kalau pernikahan umumnya antara dua suku yang sama.

Arini pada kedua film dapat beradaptasi dengan permintaan masing-masing klien. Arini mampu menjelma menjadi dua kepribadian yang berbeda, namun tetap menjadi perempuan yang baik dan penyayang. Sebagai seorang wanita dewasa, Arini bak 'wife-material'. Sifat keibuannya yang membuat kedua klien seperti disihir oleh Arini.

Selain menjadi hiburan, film dapat berubah menjadi media pembelajaran. Terkadang cerita film dibuat sangat nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, mungkin juga kisah nyata atau pengalaman pribadi.

Film merupakan salah satu media komunikasi yang memiliki banyak makna tersirat dalam narasinya. Namun, film dapat dimaknai berbeda oleh setiap orang yang menontonnya. Makna-makna yang tersirat dalam film dapat dimaknai berbeda berdasarkan pengalaman dan pengetahuan seseorang. Hal tersebut dapat menyebabkan perdebatan, perihal salah atau benar, semua benar.

Penonton sepakat bahwa film Love For Sale 1 dan 2 adalah cerita cinta paling horor. Datang, membuat jatuh cinta, lalu pergi. Kalau zaman sekarang orang menyebutnya ghosting. Apakah Arini jahat? Itu semua tergantung dari bagaimana cara seseorang melihat karakter Arini.

Si A berkata Arini jahat karena datang dan pergi seenaknya, namun si B berkata Arini hanya menjalankan tugasnya. Perspektif yang berbeda oleh sebuah film inilah yang dapat menimbulkan perdebatan.

Analisis Film

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun