Dan dalam hatiku mengatakan, "aku persembahkan lagu cinta untuk ibu."
Tiba saatnya hari perlombaan dimulai, aku bersiap sejak pagi untuk mengikuti lomba ini. selain ditemani ayah yang sengaja hari ini mengambil cuti kerja untuk mengantar dan memberiku samangat, aku juga didampingi oleh ibu guru kelasku. Ketika tiba giliranku untuk naik ke panggung, aku bawakan lagu tersebut dengan sepenuh hati.Â
Meskipun aku berusaha tampil dengan semaksimal mungkin, rupanya aku masih tidak dapat menyembunyikan  rasa sedih dari raut wajahku. Bukan tanpa alasan, karena tiba-tiba datang seorang cowok yang sepertinya juga kontestan dari sekolah lain menghampiriku. Dia menyapa terlebih dahulu, kemudian kamipun berkenalan. Dia memuji suaraku, katanya suaraku bagus, mempunyai ciri khas dan berkarakter.Â
Aku juga bercerita bahwa aku memang bercita-cita menjadi seorang penyanyi, aku bercerita juga jika penyebab kesedihanku adalah karena saat ini ibu sedang dirawat di sebuah rumah sakit. Setelah kuceritakan apa yang terjadi, dia memberiku nasihat bahwa apapun yang terjadi, kita tidak boleh larut dalam kesedihan, disaat-saat seperti ini kita harus berusaha memberikan yang terbaik untuk ibu, sebagai penguat semangat agar ibu cepat pulih dari sakit yang diderita. Kemudian dia memberiku sebuah boneka kelinci sebagai kenang-kenangan.
Katanya "apapun keadaan hatimu, baik itu sedang mengalami susah ataupun senang, sedih ataupun gembira, sehat ataupun sakit, tetaplah bernyanyi untuk kelinci ini, niscaya aku akan mendengar suaramu."
Aku tersenyum mendengar kata-kata yang diucapkannya, dan kini hartiku tidak sedih lagi, aku teringat janjiku kepada ibu, akan kupersembahkan lagu cintaku untuk ibu. Dan sejak saat itu kamipun tidak pernah bertemu lagi, sepertinya dia sudah pindah ke kota lain.