"Ibu dimana yah, kenapa bukan ibu yang menjemput?" rengekku.
"Iya sabar nak, kita pulang sekarang ya, kita segera menemui ibu." sahut ayah dengan penuh kesabaran.
Aku segera mengikuti ayah menuju ke tempat ayah memarkir sepeda motor ayah. Setelah kami sama-sama mengenakan helm dan jaket, aku segera naik ke motor dan membonceng ayah. Aku duduk di belakang dengan memegang erat perut ayah. Lalu kami pun segera bergegas menuju tempat yang dimaksud ayah. Tetapi jalan yang kami lalui bukanlah jalan menuju ke rumah kami. Kali ini rasa ingin tahuku aku simpan, aku tak ingin mengganggu konsentrasi ayah yang sedang konsentrasi mengendarai sepedamotor ditengah sibuknya arus lalulintas siang ini.
Tidak lama kami sampai di tempat yang dimaksudkan oleh ayah. Keingintahuanku terjawab, kami menuju ke sebuah rumah sakit. Dan perasaanku semakin tidak nyaman.
"Ibu kernapa yah?" tanyaku penuh rasa ingin tahu.
"Tidak apa-apa nak, ibu hanya perlu istirahat saja." ayah berusaha menenangkan aku.
Tetapi aku sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan ibu dan melihat apa yang terjadi. Kami segera masuk ke rumah sakit tersebut melalui pintu masuk pengunjung. Akhirnya kami tiba di depan ruangan yang pintunya bertuliskan nomor 412. Kemudian kami masuk ke dalam ruangan tersebut, dan ternyata benar, ibu sedang terbaring di ranjang dalam ruang tersebut.
"Ibuuuuuuuuuuu." teriakku sambil berlari dan mendekap ibu.
Airmata ini sudah tak terbendung lagi, aku peluk ibu erat-erat sambil menangis.
'Ibu kenapa, ibu sakit apa?" tanyaku sambil menangis sesenggukan, perasaan ini sudah bercampur aduk tidak karuan.
"Ibu tidak apa-apa nak, ibu hanya perlu istirahat saja." Sahut ibu sambil mengusap rambutku.